Friday, January 2, 2015

Cerbung Reason - Part 1

Part 1
Muhammad Aryanda.
O-o-o-o-O
Laki-laki dan wanita pada dasarnya memang tidak bisa hanya memiliki hubungan sebatas sahabat. Kalaupun bisa, mungkin salah satu di antara mereka adalah aktor yang hebat. Ketika cinta mulai hadir kau tidak akan bisa menghindarinya kecuali kalau kau amesia.
oOo
(Namakamu) terbangun akibat cahaya matahari pagi berhasil menembus jendela kaca kamarnya. Perlahan namun pasti pupil matanya mulai menyesuaikan pada cahaya remang-remang yang memenuhi kamarnya. Seluruh tubuh dan tempat tidurnya di tumpahi oleh cahaya matahari pagi yang super menyilaukan.
Di liriknya jam weker yang berada di nakas menunjukan pukul 6.15. (Namakamu) menguap lebar lalu matanya sedikit menggeser kearah kalender, nalarnya langsung menyala pada tanggal 23 Februari yang di kelilingi oleh spidol merah. Lingkaran itu di buat oleh salah satu sahabatnya yang bernama IQBAAL DHIAFAKHRI. Lingkaran itu di buat dua minggu yang lalu.
(Namakamu) genap berusia 16 tahun, dimana dia sudah tubuh menjadi gadis remaja, tetapi (namakamu) merasa dia masih seperti anak kecil yang perlu selalu di awasi oleh orang-orang terdekatnya. Namun seiring waktu, dia harus menyadari bahwa dia bukan anak kecil lagi. Dia sekarang telah tumbuh dari gadis kecil yang manis menjadi gadis yang mulai beranjak dewasa. Dimasa remaja ini adalah periode pancaroba yang akan menentukan masa depan seorang manusia. Dia mulai harus belajar memahami dirinya selayaknya dia memahami usianya yang telah tumbuh menjadi gadis remaja. Menjadi gadis remaja di era sekarang ini bukanlah hal mudah.
Lamunan (namakamu) harus terhenti ketika pintu kamarnya terbuka, dan orang di balik pintu hanya memperlihatkan wajahnya saja. (Namakamu) mengenalinya sebagai Ibunya.
Ibunya tersenyum. ”Baru bangun?” Tanyanya. Dia kemudian masuk, berjalan menghampiri (namakamu). ”Selamat ulang tahun, sayang” kata Ibunya sambil mengecup kening (namakamu) selama beberapa detik.
(Namakamu) hanya bisa tersenyum seraya memeluk sang Ibu.
”Mandi, gih. Temen-temen kamu udah nungguin kamu dibawah” beritahu Ibunya, wanita paruh bayah ini kemudian beranjak dari hadapan (namakamu), lalu berjalan ke arah jendela untuk menyibak gorden.
Cahaya matahari pagi menyilaukan pandangan wanita paruh bayah ini, dari sini dia bisa melihat kelima teman (namakamu) diluar sana, duduk-mengobrolasik sambil menunggu (namakamu).
oOo
”... Lo boong kali! Gue gak percaya sama lo kalau soal yang beginian! Mending nanti gue tanyain sama temen kelas.” Salsha berjengit ketika bertanya pada Aldi tentang skor pertandingan sepak bola tadi malam.
”Lo gak percaya banget sama gue!”
”Ya enggalah, bisa lenyap duit seratus ribu gue.” celetuk Salsha, yang di ikuti oleh kekehan ketiga teman yang lainnya.
”Udah deh, berhenti ngomongi taruhan konyol kalian” Kiki ambil suara, pemuda berbadan gempal itu baru saja bangkit dari tempat duduknya. Memandang arloji kemudian berkata. ”(Namakamu) lama banget, sih” imbuhnya sambill menerang ke atas tepatnya ke jendela kamar (namakamu).
Salsha dan Aldi menghiraukan kerisauan Kiki, mereka masih terus berdebat soal siapa yang menang taruhan. Dan, dua orang lainnya yaitu Tiffany dan Iqbaal masih terduduk manis di kursi sambil celinga-celingudan sesekali menonton perdebatan Aldi dan Salsha.
”...pokoknya lo harus bayar!”
”Engga,”
”Gue sump..”
Suara pintu terbuka mengalihkan mereka semua. Sosok gadis cantik, muncul dari balik pintu. Seragam putih abu-abunya tampak sama seperti Salsha dann Tiffany, sengaja di rancang seperti model zaman sekarang—ketat.Rambut hitamnya yang menjutai sampai ke pinggul berkibar di terpa angin, namun poninya masih tetap rapi lantaran pita ungu yang menjepit poninya.
”Hai,” sapa (namakamu).
”Ayo, dong, udah telat nih,” lagi-lagi Kiki sibuk merisaukan keterlambatan sampai ke sekolah. Namun semua mengangguk, (namakamu) hanya bisa tersenyum yang kemudian menyusul teman-temannya.
Mereka tidak naik kendaraan kalau sekolah. Aldi, Iqbaal dan Kiki sengaja meletakan motor mereka di rumah (namakamu), sedangkan Salsha dan Tiffany memang sengaja memerintah supir mereka untuk mengantar mereka ke rumah (namakamu), bukan ke sekolah. Mereka berangkat dari rumah (namakamu) ke sekolah memang sudah menjadi rutinitas, dan selain menyenangkan pergi bersama-sama, katanya biar sekalian olahraga pagi. Mereka memilih rumah (namakamu), karena memang rumah (namakamu) yang paling dekat dengan sekolah tapi tak jarang juga mereka sering terlambat kalau tidak gara-gara Aldi, yah Salsha. Modus yang paling sering terdengar adalah ”gue nonton bola semaleman.”
Jalan bersama-sama itu memang menyenangkan apalagi kalau bersama teman dekat, biasanya akan dihiasi oleh candaan dan tawa yang di buat oleh Aldi, Iqbaal atau Kiki. Tetapi saat ini, tidak ada satupun yang berbicara, masing-masing hanya fokus pada aktivitas sendiri. Tiffany dan Iqbaal sibuk dengan gadget masing-masing, Aldi dan Salsha masih meribut kan skor akhir pertandangian antar Manchester United dengan Liverpool malam tadi, Kiki hanya diam namun wajahnya menunjukan kalau dia sedang berpikir. (Namakamu) sendiri sama, namun sedikit bingung.
Ketika mereka sudah sampai di sekolah, (namakamu) baru sadar kalau tidak ada yang membalas sapaannya tadi pagi, mungkin karena mereka sudah benar-benar telat. Ketika sampai, bel sekolah berdering. Murid-murid yang berada di kantin, ataupun yang sedang mengobrol di tempat parkir berhamburan menuju kelas masing-masing.
Keenam manusia ini berjalan di koridor yang penuh sesak, tak jarang dari mereka yang tertabrak oleh murid yang lainnya.
”Woy! Jalan pake mata.” Salsha berteriak masa bodoh pada siswa berkacamata yang baru saja menabrak bahunya dengan tumpukkan buku. Rambutnya yang perlu waktu hampir satu jam di benahi, hancur. (Namakamu) yang ada di sampingnya hanya mengelus bahunya, bermaksud menenangi.
”Noh!” Tiba-tiba Aldi berjengit, tangannya secara reflek meraih tengkuk Salsha dan menggerakannya kearah mading. ”Skornya!” Pekik Aldi tak sabaran.
Gara-gara ulah Aldi, mereka harus berhenti didepan mading. Anggota mading di sekolah ini memang cukup aktif apalagi kalau soal sepak bola, seperti ini saja misalnya, hasil pertandingan tadi malam sudah di tempel kan di mading.
Salsha menepis tangan Aldi yang masih menempel di tengkuknya. ”Apaan, sih.” Tiffany, Kiki dan Iqbaal menyambut dengan cekikian pelan.
Beberapa detik kemudian, pandangan mereka tidak lagi kearah hasil pertandingan, melainkan kearah (namakamu) yang tengah mematung di hadapan selembar kertas yang bertuliskan puisi. Mereka berlima memandang (namakamu) dengan pandangan sarkastik namun paham.
(Namakamu) meraba puisi yang bertema tentang ke indahan pantai, background pada syair puisinya pun bergambar pantai. Tatapannya kosong, ia seolah-olah sedang berusaha ingin masuk ke dalam puisi itu—bukan—bukanpuisi, namun pantai yang menjadi background puisi tersebut.
(Namakamu) ingin sekali pergi ke pantai, menikmati angin sejuk, bermain air ataupun pasir bersama teman-temannya,berjemur, mencoba beberapa olahraga air, bermain volly pantai atau berfoto ria dengan teman-temannya.Terakhir kali (namakamu) pergi ke pantai adalah kelas lima SD, saat itu sebuah kejadian yang tidak diinginkan oleh kedua orang tua (namakamu) terjadi. (Namakamu) tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya masuk ke dalam air, padahal sang penjaga pantai sudah memperingatkan kalau anak-anak di bawah umur tidak boleh masuk ke dalam pantai karena sedang terjadi ombak besar, tapi toh (namakamu) saat itu masih kecil, tidak tahu menau soal yang begituan. Tubuh (namakamu) kecil terbawa ombak nyaris terhempas jauh dari tepian. (Namakamu) di selamatkan oleh ayahnya, dan akibat kejadian itu, sampai saat ini (namakamu) tak di izinkan pergi ke pantai, selain dia tidak bisa berenang, Ibunya sangat takut kalau kejadian di masa lalu terulang kembali.
”(Namakamu),” Tiffany memecahkan lamunan gadis itu tentang masa lalunya.
(Nnamakamu) tersentak, lalu segera menoleh ke arah Tiffany—dan teman-temannya.
”Maaf,” kata (namakamu) ”Kita telat, ya?, mendingan sekarang masuk, ayo.” (Namakamu) tidak tahu ada apa dengan dirinya. Selalu. Selalu saja kalau ada sesuatu yang berkaitan dengan pantai, (namakamu) seketika menjadi gadis linglung yang memiliki IQ rendah.
Dia ingin sekali pergi ke tempat itu. Sementara (namakamu) mengusap tengkuknya karena kelinglungan mendadak, teman-temannya hanya memandangnya dengan ibah. Lalu mereka melanjutkan perjalanan ke kelas yang sempat tertunda.
oOo
Di antara Tiffany dan (namakamu), Salsha memang terbilang yang paling cantik, selain cantik dia juga salah satu anggota cheers di sekolah ini yang semakin membuat ke populerannya menanjak dan dia juga satu-satunya yang sudah mempunyai pacar. Tak jarang para murid laki-laki yang bersiul untuk dirinya. Hal itu sering terjadi ketika Iqbaal, Kiki, Aldi, Tiffany dan (namakamu) berjalan bersama Salsha.
Sedikit deskripsi untuk Salsha, Salsha adalah gadis cantik yang memiliki rambut sepunggung berwarna cokelat, yang biasanya selalu di gerai, matanya berwarna cokelat cemerlang, hidungnya mancung dan memiliki tubuh seperti Olla Ramlan. Itu sebabnya, tak jarang murid cowok dari kelas lain datang ke kelas mereka hanya untuk melihat Salsha. Di sisi lain, ada sedikitnya orang-orang yang tidak suka dengan Salsha, salah satunya teman sekelasnya yang bernama Bella.
Permusuhan diantara Salsha dan Bella sudah di mulai ketika mereka baru menginjakkan kaki ke sekolah ini, waktu itu, tepatnya saat MOS, Salsha tanpa sengaja menumpahkan minuman ke seragam Bella.
oOo
Siangnya, matahari seperti membakar kulit para murid-murid yang berkeliaran di luar kelas, panasnya matahari seakan berada satu jengkal di atas kepala mereka. Hal ini membuat murid-murid yang sedang belajar sangat tidak konsen, apapun materi yang sedang di paparkan oleh guru bidang studi tidak ada satupun yang meresap ke otak mereka yang nyaris mengeluarkan asap.
Tetapi di kelas 1 IPA3, enam kursi pertama dari belakang tak terisi dan itu membuat guru yang sedang membina kelas ini bertanya-tanya dalam hati.
Di lain sisi, di tempat yang sama, sang pemilik kursi yang saat ini kosong sedang bersusah payah memanjat pagar setinggi dua meter.
”Mau bolos lagi? Ya ampun, Sha, Fan, Di, Ki, Baal, hari ini kan ulangan Kimia. Kalian mau bermasalah, apalagi kita bolos di pelajaran Pak Amir, bisa mampus. Lagian sebentar lagi udah pulang, Kok.” (Namakamu) tak berhenti-hentinya beragumen kalau tindakkan mereka kali ini—bolos di saat ulangan—hanya akan menambah musibah.
(Namakamu) menjadi orang yang satu-satunya masih belum bertindak. Dia masih berdiri diam, sedangkan kelima temannya sudah memanjat pagar yang berada di halaman belakang sekolah.
”Cepetan, deh, (namakamu), Lo mau kita ketauan?” Dengan satu kali gerakan Salsha sudah mendarat ke ke sebrang pagar. Gadis itu melompat.
(Namakamu) tampak berpikir, dia sangat kesal kalau sedang mendapati pilihan tolol seperti ini. Menyenangkan sih memilih bolos bersama teman-temannya,tapi ulangannya? Astaga! Sebelum (namakamu) hendak berpikir untuk yang kedua kalinya, Salsha sudah berkata, kata-kata yang selalu di ucapkanya apabila salah satu diantara mereka tidak ada yang sejalan.
”Lo gausah takut kalau lo gak ikut ulangan, ataupun dapet hukuman setelah ini. Kita bakalan kena hukuman bareng-bareng. Siapa takut untuk mengulang satu tahun di kelas satu lagi?” Kata Salsha dengan senyum miring yang terukir bodoh di wajahnya.
(Namakamu) tidak menjawab, tapi gerakan tubuhnya yang memanjat pagar membuat bibir kelima sahabatnya ini tersungging membentuk seringaian yang sangat lebar—menyebalkan. Terlebih Salsha yang mengangkat kedua alisnya secara bersamaan.
oOo
Walaupun mereka sudah menerobos pagar setinggi dua meter, tapi mereka harus berhadapan dengan semak belukar yang sengaja memang tidak dibersihkan oleh pihak sekolah, agar ketika ada murid yang berniat ingin bolos mereka segera mengurungkan niatnya. Tetapi semak belukar tolol itu tidak berlaku untuk Salsha dan yang lainnya, mereka sudah melintasi semak ini kira-kira lima belas kali.
Tempat ini nyaris menyerupai hutan, namun versi kecil. Pohon-pohon setinggi tiga-empat meter beserta rumput setinggi lutut tumbuh subur disini, akar-akar menjulang terkadang mengganggu perjalanan mereka, ranting nyaris patah menghalangi pandangan mereka, ini sedikit sulit untuk mencari jalan, dan yang terakhir, yang membuat (namakamu), Salsha dan Tiffany menutup hidung adalah bau lumut yang menusuk hidung.
(Namakamu) tidak menyadari kalau dia menjadi orang yang berjalan paling depan, selain faktor melamun, kelima temannya secara sengaja memperlambat langkah.
Yang tadinya suara grasak-grusuk mengisi telinga (namakamu), secara tiba-tiba ke heningan menyapu suara berisik itu. Hanya terdengar suara jangkrik.
Keadaan ini membuat (namakamu) berbalik ke belakang, dia ingin mengucapkan sesuatu namun ketika di lihatnya di belakang tidak ada manusia satupun. (Namakamu) mengurungkan niatnya, dia segera menyapukan pandangannya ke segala arah, berharap bisa menemukan salah satu temannya.
”Fany..,Salsha..,Iqbaal..,Kiki..,Aldi, kalian jangan bercanda, ini gak lucu” suara (namakamu) terdengar lemah, menggambarkan detak jantungnya saat ini.
Setelah menunggu beberapa detik, tak ada satupun yang menyaut, kecuali angin sedingin es yang menyapu lembut tengkuk (namakamu) hingga membuat bulu kuduknya meremang. (Namakamu) tahu keadaan diluar sangat panas, tapi entah mengapa disini dia merasa amat kedinginan yang tak wajar. Dimana teman-temannya?Apakah mereka tega meninggalkan dirinya seorang diri di tengah-tengah semak belukar ini?
Suara gedebuk menganggetkan (namakamu) hingga gadis ini nyaris melompat. Perlahan namun pasti, dia melangkahkan kakinya ke arah sekolah. Langkah (namakamu) yang sebelumnya lambat mendadak berlari kencang setelah mendengar geraman binatang sejenis harimau. Harimau? Tidak mungkin, tidak mungkin binatang buas ada di tempat ini, tetapi tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. (Namakamu) berlari semakin kencang dan sangat kencang, keringat mulai membasahi hampir seluruh wajahnya. Sambil berlari, kedua tangan (namakamu) menyibak daun dan ranting yang mengganggu penglihatannya,tidak peduli buku-buku jarinya terluka akibat ranting yang tajam.
Secara tiba-tiba langkah (namakamu) terhenti, ada seseorang yang menutupi wajahnya dengan kain hitam pekat, kemudian hidungnya mencium sesuatu yang sangat memualkan lebih dari lumut yang menjijikan
Setelah itu (namakamu) tak sadarkan diri.
Bersambung...

Karya : @Aryaandaa (Muhammad Aryanda)
Follow juga Twitterku @_BayuPrasetya
Jangan lupa klik Share/Bagikan
Like juga FanPagenya di https://m.facebook.com/OfficialAryanda?refid=52&_ft_=qid.6089321748666344496%3Amf_story_key.-4267874796962675010&__tn__=C

No comments:

Post a Comment

Situs terkait