Saturday, January 3, 2015

Cerbung Reason - Part 8

Part 8
Muhammad Aryanda.
O-o-o-o-O
”Lepasin gue!” (Namakamu) mencoba melawan namun apa daya, tenaga Farrel lebih kuat darinya.
”Kalau lo gak mulai dulua...,”
Bugh!
Suara hantaman itu langsung membuat (namakamu) menjauh. Satu pukulan yang entah dari siapa membuat Farrel langsung rubuh.
(Namakamu) menoleh ke belakang dan mendapati Aldi. Amarah tampak jelas terpancar dari wajah laki-laki itu, Aldi segera menarik (namakamu) ke sisinya.
”Al,”
”Sekali lagi gue liat lo berani nyentuh (namakamu), urusan lo sama gue!”
*
Kejadian beberapa menit tadi masih membekas jelas di kepala Aldi. Entah kenapa melihat Farrel bertingkah kasar dengan (namakamu) membuat emosi dalam dirinya yang semula berada di dasar mendadak meluap hingga ke ubun-ubun. Dan yang menjadi pertanyaan Aldi 'kenapa (namakamu) bisa bersama Farrel?'
Aldi dan (namakamu) masih berjalan di koridor dengan keheningan yang menempel antar keduanya. Aldi menghentikan langkahnya, dengan gerakkan luwes dia menarik lengan (namakamu) membuat gadis itu menghentikan langkahnya secara paksa.
”Kenapa lo bisa ada disana?” Tanya Aldi langsung pada intinya. Dia memandang (namakamu) sangat tak biasa, bahkan (namakamu) belum pernah melihat Aldi menatapnya seintens ini.
(Namakamu) mengalihkan wajah lalu menunduk. Gadis itu tampak bingung harus menjawab apa.
”Kalau urusan itu gak segitu penting, seharusnya lo gak perlu dateng kesana dan ngebahayi diri lo sendiri.” Aldi menarik lengan (namakamu), di pergelengan tangan kirinya ada bekas merah, yang pastilah ulah Farrel. Aldi menggenggamnya dengan gelisah.
Aldi bisa merasakan kalau (namakamu) berusaha menepis genggamannya, walaupun secara pelan dan perlahan, Aldi bisa merasakan itu.
”Gue pikir Farrel dalang di balik kejadian Iqbaal kemarin.”
Rahang Aldi mengeras, giginya bergemelukkan kentara sekali dia marah karena tingkah bodoh (namakamu), yang rela mencari bahaya karena laki-laki itu. Iqbaal. Ya.
”Lo gak ada bukti.” Suara Aldi gemetaran saking ia memendam amarah.
(Namakamu) menengadah menatap Aldi. ”Semua kasus gak sepenuhnya berdasarkan bukti. Logika juga penting.”
”Dan menurut lo ini penting?” Kata Aldi, ada nada tak suka di suaranya. Dia tak suka melihat (namakamu) terlalu berurusan dengan urusan ini.
Sebelah alis (namakamu) terangkat. ”Ini membahayakan Iqbaal! Nyawanya bisa aja mati kalau tindakkan ini terus berlanjut.” Ujar (namakamu) penuh penekanan.
”Dan tanpa lo sadar juga ngebahayain diri lo sendiri.”
”Gue gak merasa kalau gue dalam bahaya.”
”Beberapa menit yang lalu lo dalam bahaya.”
”Bukan masalah besar.”
”Kemungkinan besar tangan lo bisa patah.”
(Namakamu) mendesah, di tatapnya Aldi dengan tajam sebelum akhirnya gadis itu pergi meninggalkan Aldi.
Sepasang mata Aldi menatap sendu kepergian (namakamu). Aldi bisa melihat punggung gadis itu terguncang. Apa gadis itu menangis? Aldi menggeram, kenapa (namakamu) mau melakukan tindakkan yang membahayakan dirinya sendiri. Padahal toh kan masih ada dirinya dan Kiki yang bisa mengatasi masalah Iqbaal.
(Namakamu) kelewat khawatir..
Dan cinta yang mendorongnya melakukan itu semua. *bahasague_-
*
Niatnya (namakamu) ingin ke kantin untuk melepas penat yang tiba-tiba saja menghancurkan seluruh mood dalam dirinya. Tetapi saat melihat keadaan kantin yang ramai dan penuh desak-desakkan,(namakamu) segera memutar balik badannya dan berjalan ke arah kelas.
Tak sampai lima menit (namakamu) sudah tiba di depan kelas, namun seorang gadis menghalangi jalannya. Gadis culun dengan rambut di kuncir serta kaca mata bulat membingkai matanya. Gadis itu ingin melontarkan sepatah kata, tapi seakan di dalam mulutnya ada duri yang menghalangi setiap kata yang akan keluar.
”Vit, lo mau ngapaian? Minggir gue mau lewat.” Tadinya (namakamu) mencoba bersabar, tapi melihat gadis bernama Vita ini yang sungguh lemoth membuat (namakamu) mengurungkan niatnya.
”Ka..kalian berdua..,” menjeda ucapannya, Vita menelan air liurnya. (Namakamu) menoleh kebelakang, tepat di belakangnya ada Aldi. Sshh. ”Di panggil Bu Citra.”
Vita segera menghambur pergi setelah menyampaikan pesan yang kemungkinan di titipkan Bu Citra selaku wali kelas mereka. Tapi yang menjadi pertanyaan di benak (namakamu) maupun Aldi adalah 'mengapa Bu Citra memanggil mereka berdua?'
(Namakamu) mengedarkan matanya ke tempat duduk paling belakang. Dia tidak menemukan Olivia, Kiki, Salsha ataupun Iqbaal. Apa Iqbaal sudah pulang? Dan Olivia, Salsha, Kiki mengantarnya. Maksudnya ini apa tidak terlalu berlebihan.
Memutar badannya, (namakamu) melangkah ke arah kantor guru. Menghiraukan Aldi yang berdiri diam di belakangnya.
*
Sesampainya di kantor guru, (namakamu) tidak menemukan Bu Citra. Jadi, (namakamu) memutuskan untuk menanyai keberadaan Bu Citra dengan Bu Keyla. Sebenarnya (namakamu) tidak ingin bertanya dengan wanita itu, tapi mau bagaimana lagi, di kantor guru hanya dia yang tersisa. Bu Keyla memberitahu kepada (namakamu) kalau Bu Citra ada di dalam ruangan di sebelah ruang kepala sekolah dengan sinis. Mungkin guru itu masih kesal dengan kelas (namakamu) yang membuat onar di perpustakaan tempo hari.
Tok! Tok!
Hanya sekali percobaan saja pintu sudah terbuka. Di balik daun pintu seorang wanita yang terbilang muda menatap (namakamu) dengan pandangan menilai. (Namakamu) menunduk, sebelumnya dia belum pernah melihat wali kelasnya seperti itu. Pasti dia sangat marah? Why?
”Mana Aldi?” Tanyanya.
(Namakamu) ingin menjawab tapi sosok Aldi keburu tiba di sebelahnya.
Bu Citra melotot. ”Masuk.”
(Namakamu) dan Aldi masuk mendahului Bu Citra. Memang dasarnya mereka ini murid-murid tidak tahu sopan. Dan betapa kaget dan senangnya kedua manusia ini saat memasuki ruangan, keduanya mendapati; Olivia, Kiki, Salsha dan Iqbaal.
(Namakamu) menyenggol lengan Salsha, lalu berbisik. ”Ada apa sih?” Keenam manusia ini sekarang sudah baris menghadap Bu Citra yang sedang bersidekap di meja.
Salsha memberi intrupsi kalau (namakamu) harus diam. Olivia menepuk-nepuk keningnya berkali-kali. Kiki dengan telunjuknya memberi kesan pada lehernya 'bakalan mati. Sedangkan Iqbaal, laki-laki itu hanya diam saja.
”Kalian tau kenapa kalian saya panggil kesini?!”
Serempak keenamnya menggeleng.
Bu Citra menghela napas panjang, kemudian berjalan mengelilingi keenam manusia ini.
”Rizky!” Kata Bu Citra ngeri. Kiki menegakan punggungnya. ”Kenapa kamu tidur di saat mata pelajaran Bu Nana?”
”Ee, anu, bu..,”
”Anu, anu, apa?! Anu kamu kenapa?!” Bu Citra menyela ucapan Kiki, di tatapnya Kiki dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan garang.
”Engga, Bu.” Kiki menggeleng ketakutan.
Bu Citra bergeser sedikit, kali ini pandangannya lebih mengerikan. Pupilnya hampir saja keluar dari sarangnya kalau saja detik itu dia tidak berkedip.
”Salsha!” Bentak Bu Citra.
”Mampus gue.” Gerutu Salsha pelan.
”Anak cheers yang suka bikin ribut di kelas!” Di tunjuknya bibir Salsha. Setelah itu Bu Citra menghela napas. ”Ke sekolah gak perlu pake lipgloss!”
Bu Citra mundur beberapa langkah. Dia menatap satu persatu murid-murid yang ada di hadapannya. Wajahnya sangat terlihat menakutkan terlebih lipgloss yang dia poleskan hari ini adalah warna merah tajam.
”KENAPA KALIAN BOLOS SAAT ULANGAN KIMIA??!!”
Keenam punggung manusia ini langsung lemas. Mereka membisu. Mereka tidak tahu mau menjawab apa. Mereka...
”KENAPA PERPUSTAKAAN BISA KACAU??!!”
Salsha mengangkat tangan. Bu Citra mendelik ke arahnya, tapi memang dasarnya Salsha yang keras kepala, dia tetap saja ingin menyampaikan pendapatnya.
”Di perpustakaan kan isinya bukan cuma kami berenam bu.”
”Ada sih Dodi, Akbar, Tono, Toni, Diko, Alis, Erik, Alvin, Dinda, Tasya, Joko, Widi...,”
”Stop!” Sebelum isi dalam kepalanya meledak, Bu Citra menghentikan kalimat yang memang sungguh tidak penting yang keluar dari mulut Olivia.
”Nah! Sih Vita juga ada, Bu! Palingan dia tuh yang ribut!” Entah darimana Salsha menemukan ide dengan menuduh Vita yang berbicara saja lemothnya setengah hidup.
Kembali menghela napas, Bu Citra menggeletukkan giginya ngeri sampai membuat (namakamu), Olivia, dan Salsha bergidik ngeri.
”Kayaknya sekarang Ibu tau siapa orang paling bodoh di kelas.” Geram Bu Citra sambil menatap Salsha tak sabar.
Dengan segala kepintarannya Salsha menimpali. ”Vita kan, Bu?”
GEJEBLAK!! *apaandah_-
”Kamu!” Bu Citra menudingkan jarinya tepat di antara kedua mata Salsha, membuat Salsha shocked. Gadis itu langsung terdiam membisu, agaknya dia langsung mengalami sindrom kualat(?)
Merasa kalau sudah memusnahkan bibir dari grup ini. Bu Citra tersenyum miring, dia menggeser pandangannya dan mengarah ke (namakamu).
”Yang saya gak habis pikir, kenapa kamu bisa ikut-ikutan sama mereka,” Ujar Bu Citra pada (namakamu). (Namakamu) hanya menunduk.
”Yaiyalah, Bu, (namakamu) ikut-ikutan dia kan temen kita.” Suara itu terdengar meremehkan.
”Salsha!” Bentak Bu Citra sambil mendelik. Salsha yang baru saja pulih dari sindrom tidak jelas langsung kembali shock. Dia kicep dan terdiam.
Kembali memfokuskan diri pada (namakamu), Bu Citra melipat kedua tangannya di dada.
”Kayaknya semester ini saya harus turuni peringkat kamu.” Bu Citra berbalik memunggungi keenam muridnya.
Mata dan mulut (namakamu) terbuka lebar, agaknya kalimat yang baru saja selesai di lontarkan Bu Citra membuat (namakamu) shock sesaat. Gadis itu diam sambil tercengang, percis seperti gadis tolol.
”Ini peringatan pertama untuk kalian. Jadi hukumannnya tidak terlalu sulit. Bersihkan halaman sekolah sepulang sekolah nanti.”
”APA?!!”
”Gausah lebay. Gak ada penawaran buat kalian.”
Punggung-punggung murid malang itu langsung tertunduk lesu. Kalau mereka bersuara, pasti akan ada tambahan hukuman. Mereka mengenal wali kelas mereka.
*
”Tangan lo kenapa?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Iqbaal. Jelas pertanyaan di lontarkan untuk (namakamu).
(Namakamu) yang sedang menyapu menghentikan aktivitasnya lalu menoleh sekilas ke pergelangan tangannya yang memerah.
”Oh, ini, jatuh.” (Namakamu) bingung harus menjawab apa. Dan dia sadar kalau ucapannya terdengar aneh.
”Lo kapan jatuh?” Iqbaal menarik pergelangan tangan (namakamu), dan memandangnya dengan rinci.
”Eh, tadi di toilet.”
”Masih sakit gak?” Dengan konyolnya Iqbaal mengembus-embuspergelangan tangan (namakamu) yang merah.
”Kalo pun sakit, dengan cara pengobatan lo yang kayak gitu gak bakalan ngaruh.”
Iqbaal tersenyum lebar kepada (namakamu) memperlihatkan jajaran gigi putihnya.
”Bagusnya di apain? Di elus-elus?” Iqbaal mempraktekkan apa yang dia ucapkan. ”Ntar keluar jin.”
(Namakamu) tertawa pelan.
”(Namakamu),” panggil Iqbaal, laki-laki itu jari-jarinya di pergelengan tangan (namakamu). Sepertinya dia sedang mengubah topik pembicaraan.
”Hm?”
Iqbaal menengadah dan cengengesan tidak jelas, membuat (namakamu) mengangkat sebelah alisnya.
”Lo kenapa?”
”Entar malem gue..,”
Bruk!
Ucapan Iqbaal harus terpotong lantaran tiba-tiba saja seseorang dengan sekenaknya melompat ke punggungnya.
”(Namakamu), lo tau kagak, ntar malem sih Iqbaal ngajakin gue nonton. Kayaknya dia lagi banyak duit. Ckckck.” Olivia sudah berada di punggung Iqbaal, gadis itu melompat sekenaknya saja. Dan dia sekaligus menjelaskan kalimat Iqbaal yang terputus.
”Liv, lo sadar kan kalau badan lo itu berat.”
”Yaelah, Baal, lo baru sekali gendong gue dan lo langsung protes. Emangnya (namakamu) kagak berat apa?”
”Badan gue masih sakit.”
”Sekali puteran aja, badan gue pegel banget dari tadi nyapu mulu. Gue aja belum pernah nyapu di rumah sendiri.”
”Sekali puteran ya?”
”Dua deh, ya.”
Sepasang mata (namakamu) menatap kepergian Iqbaal dan Olivia. Ini kan yang (namakamu) inginkan, dan kemarin dia sudah mengatakan kepada Iqbaal kalau dia akan membantunya agar bisa memiliki sebuah hubungan dengan Olivia. Tapi kenapa, (namakamu) merasakan kalau kemarin dia tidak berkata jujur. (Namakamu) tahu kalau apa yang dia lakukan akan hanya membuatnya sakit.
Sesak di dada (namakamu) mengalahkan segala rasa sakit yang pernah dia rasakan seumur hidupnya. Dari kejauhan dia mendengar suara tawa Iqbaal dan Olivia, suara tawa itu menggores bagian hatinya yang paling dalam. Menggores dan menyayat hatinya hingga berbekas. Luka, itu yang (namakamu) dapatkan.
Bersambung...

Karya : @Aryaandaa (Muhammad Aryanda)
Follow juga Twitterku @_BayuPrasetya
Jangan lupa klik Share/Bagikan
Like juga FanPagenya di https://m.facebook.com/OfficialAryanda?refid=52&_ft_=qid.6089321748666344496%3Amf_story_key.-4267874796962675010&__tn__=C

No comments:

Post a Comment

Situs terkait