Friday, December 5, 2014
Cerpen - Hujan Tanpa Dia
Hari ini adalah hari yang keseribu kau meninggalkanku
Rasanya seperti mimpi buruk disiang bolong
Seperti tak nyata namun nyata
Tapi sampai detik ini pun aku masih menganggapmu ada
Walau pun terkadang aku tersadar dan harus menerima kenyataan pahit ini bahwa kau tak disini lagi
Kau sangat jauh
Sangat jauh
Sulit untuk kusentuh
Jangankan untuk menyentuhmu menatapmu sedetik saja tidak bisa.
Lihatlah aku disini, aku masih bisa tersenyum.
Seperti apa yang kau minta.
Tapi, bolehkah aku menangis untuk hari ini saja. Tepat dihari keseribu kau meninggalkanku.
Izinkan aku mengenangmu bersama tetesan air hujan yang turun sore ini.
Biarlah aku menangis, menumpahkan kesedihan yang sudah sekian lama aku tahan.
Biarlah air mata ini tumpah
Biarlah aku melepas semua beban ini dengan cara menangisimu.
****
Sepasang kekasih sedang duduk bermesraan dibangku taman.
"Ali, mengapa kau tidak menyukai hujan?" tanya Prilly kepada sang kekasih.
Ali berfikir sejanak, "Ummmbb. Karna hujan membawa malapetaka bagi diriku contohnya; beberapa tahun yang lalu aku mengalami kecelakaan dua kali berturut-turut,kelinci kesayangan ku mati kedinginan karna hujan, dan... "
"Ummmbb. Apa lagi ya"
Ali kembali berfikir sejenak.
"Oh ya aku ingat"ujar Ali sambil menjentikan jarinya ketika ia mengingat kejadian beberapa minggu lalu saat ia terpleset ditengah keramaian karna tidak melihat jalanan yang licin.
"Saat itu aku sangat malu sekali. Berlari untuk menghindari hujan, karna aku tidak melihat jalan, aku terpleset. Dan kau tau semua orang menertawakan ku" ujar Ali sambil menerawang sedih mengingat kejadian yang memalukan yang tak mungkin ia lupakan.
"Hahahhaha. Itu kesalahnmu. Kau mengendarai motor ugal-ugalan ditengah derasnya hujan, kau pun telodor karna meninggalkan kelincimu diluar, saat hujan tiba kelincimu basah dan dia mati kedinginan, lalu kau terpleset karna kau juga tidak berhati-hati. Dasar bodoh mengapa kau menyalahkan hujan" dumel Prilly sambil memukul kepala Ali.
Ali meringis, sambil memanyunkan bibirnya.
"Kau slalu saja memukul kepalaku. Kau fikir aku ini adikmu, aku lebih tua dua tahun darimu. Kau seharusnya menghormatiku" ujar Ali merasa kesal akan tingkah kekasihnya.
Prilly yang mendengar gumaman Ali, hanya menggerak-gerakan bibirnya, mengikuti gaya bicara Ali tanpa bersuara.
"Apakah kau sudah selesai berbicara?" tanya Prilly saat melihat Ali terdiam.
Ali mengerjapkan matanya sambil mengangguk malas.
"Hah. Keterlaluan sekali dia" umpat Prilly dalam hati.
Hanya itu yang Ali ingat tentang hujan?
Bukankah karna Hujan mereka dipertemukan dikedai kopi beberapa tahun lalu?
Dan setelah mengenal beberapa minggu Ali pun menyatakan cinta kepadanya, saat itu juga bukannya hujan sedang berlangsung?
Pria itu pura-pura lupa, atau pura-pura bodoh?
"Keterlaluan sekali" dumel Prilly sambil melipat kedua tangannya didada.
Ali mendengar gumaman kekasihnya, "Keterlaluan? Maksudmu?" tanya Aldi tak mengerti apa yang Prilly maksud.
Prilly memalingkan wajahnya.
Ali mencoba meraih dagu sang kekasih. Namun dengan cepat Prilly menepisnya.
"Ayolah Sayang. Kau kenapa?" tanya Ali merasa bingung ketika melihat Prilly memberengut.
"Aku sudah menjawab pertanyaanmu bukan, mengapa aku tidak menyukai hujan..."
"Hanya itukah?" sela Prillycepat sambil menatap marah sang kekasih, detik berikutnya Clarisa kembali memalingkan wajahnya.
"Ia hanya itu. Kau tau bukan, aku tidak menyukai hujan"
Prilly yang mendengar pernyataan Ali nampaknya marah. Ia bangkit sambil menatap tak percaya kekasihnya, detik berikutnya Prilly segera pergi meninggalkan Ali.
"Sayang. Kau mau kemana?" teriak Ali saat melihat Prilly pergi.
"Prilly ... Prilly... Hey" teriak Ali frustasi saat panggilannya tak dihiraukan.
Ali menatap punggung sang kekasih yang semakin lama semakin menjauh.
"Arggghh. Kesalahan apa lagi yang ku perbuat" dengus Ali kesal.
Padahal ia sudah menjawab pertanyaan Prilly.
Gadis itu slalu saja marah tak jelas.
Tingkahnya terlalu kekanak-kanakan.
Seperti gadis yang berusia 12 tahun. Bukankah usia Prilly sudah menginjak 21 tahun. Seharusnya dia bisa berfikir lebih dewasa.
*
Bahkan hari ini dia tidak mengingat hari jadi mereka?
Biasanya Ali slalu memberikan kejutan yang spesial dihari jadi mereka
Apakah Ali sudah memiliki kekasih?
Coba saja dia berani menghianati ku. Akan kuseret dia kejalanan sampai mati dan melempar jasatnya kekolam yang penuh dengan buaya-buaya yang kelaparan, batinnya.
Prilly menghentikan langkahnya ketika mendengar dring ponselnya berbunyi.
Nomor yang sudah tak asing lagi bagi Prilly, segeralah ia menekan tombol hijau dan menempelkan ponselnya ketelinga kanannya, "Baik Bu. Aku akan segera kerumah sakit sekarang" Prily pun menutup sambungan telponnya dan berjalan dengan hati yang cemas.
*
Prilly tak kuat berlama-lama dirumah sakit.
Prilly pun memutuskan untuk pergi keluar, mencari udara segar malam ini untuk menenangkan fikirannya yang kacau.
Prilly terduduk dibangku taman ini.
Tempat yang merupakan tempat favoritenya, ketika ia sedang bersedih maupun sedang bahagia.
Meskipun gelap, gadis itu tidak memperdulikannya.
Membuang rasa takutnya ketika kesedihan sedang menyelimuti dirinya.
Apa yang harus ia lakukan saat ini?
Apakah ia harus mengorbankan hidupnya demi orang yang sangat berharga dalam hidupnya?
Ia ingin menghapus kesalahannya dimasalalu, kesalahan yang membuat orang-orang yang ia sayangi terpisah
Tapi, bagaimana dengan Ali?
Ia sangat mencintai Ali
Ia tidak akan rela meninggalkan Ali dengan cara seperti ini
Cepat atau lambat ia pasti akan pergi dan menghilang.
"Kau disini rupanya"
Prilly langsung menghapus air matanya ketika mendengar gumaman yang tak asing lagi ditelinganya.
"Boleh aku duduk?" tanya Ali hati-hati.
Prilly mengangguk lemah.
Ali pun segera duduk bersejajar dengan Prilly.
"Sayang. Kenapa kau marah? Kau slalu saja membuat ku cemas. Kemana saja seharian tak memberiku kabar? Mengapa Kau juga tidak meng-Aktifkan ponselmu?" tanya Ali bertubi-tubi karna merasa cemas.
Ali berusaha meraih kedua tangan Prilly. Prilly hanya diam, membiarkan Ali mengecup punggung tangannya.
"Kau marah karna aku melupakan hari jadi kita?" tanya Ali sambil menatap nanar Prilly.
Prilly tetap diam, tak menggubris pertanyaan Ali. Malah justru gadis itu menumpahkan air matanya.
Benar. Sejujurnya ia memang marah karna Ali melupakan hari jadi mereka yang ke-60 bulan, ia juga marah karna Ali membenci hujan, padahal awal mula pertemuan mereka saat itu hujan sedang berlangsung.
Tapi, setelah ia pulang dari rumah sakit.
Rasa amarahnya kepada Ali sirna begitu saja.
Tapi saat ini hatinya seperti teriris. Lebih menyakitkan dari pada tersengat beribu-ribu lebah.
Lebih memusingkan dari pada kepala terkena hantaman bola basket.
Sakitnya hingga kehulu hati.
Jika ia mengingat kejadian dirumah sakit lalu.
Ali nampak kebingungan melihat gadisnya menangis.
Apakah ada yang salah lagi?
Sikap Prilly minggu-minggu ini berbeda, gadis itu aneh tak seperti biasanya.
Minggu-minggu ini juga Prilly Kadang tersenyum, kadang pula menangis tanpa sebab.
"Apakah ada yang salah lagi? Jika aku membuatmu bersedih tolong maafkan aku"ujar Ali tulus.
"Sudah jangan menangis. Jangan terus membuatku khawatir" Ali pun menghapus air mata Prilly menggunakan punggung tangannya.
"Aku tidak menangis. Tadi Mata ku kelilipan karna terkena debu. Rasanya gatal sehingga membuat aku menangis tersedu-sedu..."
Ali memeluk Prilly dan membiarkan Prilly menangis tersedu-sedu dipelukannya.
Ali mengecup puncuk kepala Prilly, tangannya mengelus lembut punggung gadis itu, berusaha menenangkannya.
"Aku berjanji. Setiap hari jadi kita, aku akan mengucapkan kata-kata yang romantis, memberikan kejutan agar kau tak menangis lagi"
Ali pun menepuk-nepuk pundak Prilly.
Setelah merasa tenang, Prilly pun melepas pelukannya.
Air muka Prilly kini berubah menjadi garang. Seperti seekor harimau yang ingin memangsa seekor rusa jantan. Ia berusaha memasang wajah segarang mungkin, bermaksut untuk menghindari pertanyaan Ali dan mengalihkan kembali topik pembicaraan semula yang membuatnya pergi meninggalkan Ali ditaman.
"Kau sungguh tega. Kau melupakan hari jadi kita. Aku juga sedih karna yang kau ingat tentang hujan hanya itu saja. Bahkan kau slalu bilang kau membenci hujan. Apakah kau tak ingat saat pertama kali kita bertemu? Jadi itu sama saja kau membenci diriku"ucap Prilly setengah berteriak menumpahkan semua kekesalannya.
Prilly pun memberengut sambil melipat kedua tangannya didada.
Ali yang melihat tingkah laku Prilly tersenyum geli, "Jadi bukan karna itu saja. Oh astaga Prillyku" Ali mencubit kedua pipi Prilly karna merasa gemas.
"Maafkan aku" sesal Ali.
"Kau slalu saja meminta maaf. Sudah kesembilan puluh delapan kali kau meminta maaf kepadaku. Sekali lagi aku mendengar kau meminta maaf, akan kuberi kau hadiah berupa gelas cantik"
"Hahahhaha. Kau menghitungnya" ujar Ali tak percaya.
"Jika seseorang meminta maaf itu berarti dia melakukan kesalahan..."
"Lantas apa gunanya hukum dan kantor polisi kalau saja dengan meminta maaf dapat menyelesaikan permasalahan" sambar Prilly cepat.
"Lantas apa yang harus aku lakukan jika aku bersalah? Apakah aku harus diam. Setidaknya dengan meminta maaf aku bisa menghargai arti kesalahan dan tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi"ujar Ali berlaga bijak.
"Aku menghawatirkanmu jika kau terus marah dan mendiamkan ku seperti ini" Ali menghembuskan nafas beratnya. Ia menyandarkan kepalanya dibangku dan menatap langit gelap yang tak berbintang.
"Sekarang aku ingin bertanya, mengapa kau begitu menyukai hujan?" tanya Ali tanpa melihat Prrilly.
Prilly tetap diam.
Kini raut wajahnya berubah menjadi sedih.
"Kenapa diam? Kenapa tak menjawab pertanyaanku?" tanya Ali yang mulai merasa muak.
"Kau tidak akan pernah tau keindah hujan itu seperti apa. Sebelum kamu memaknai arti hujan yang sesungguhnya, yang membuatmu kadang tertawa senang, kadang pula Bersedih. Percayalah suatu hari nanti kau akan merindukan hujan. Kau pasti akan menunggu kehadiran hujan"
"Untuk apa aku merindui hujan dan untuk apa juga aku menunggu datangnya hujan. Sudahlah lupakan" Ali pun kembali duduk tegap. Ia melirik kekasihnya sejenak.
"Kau bilang kau tidak menyukai kegelapan? Mengapa saat ini kau duduk bergelap-gelapan?" tanya Ali kembali.
Prilly yang mendengar pertanyaan Ali memutarkan bola matanya dengan frustasi.
Ia merasa seperti selebrity yang sedang diwawancara oleh wartawan.
"Ketika kau sedang bersedih, kau takan memperdulikan sebesar apa rasa takutmu ketika kesedihan sedang menyelimuti dirimu" jelas Prilly.
"Baiklah" gumam Ali berusaha menyudahi perdebatan kecil yang pastinya akan membuat mereka bertengkar kembali.
"Besok kau ada waktu?"tanya Ali.
Prilly berfikir sejenak sambil mengelus dagunya, "Besok. Sepertinya aku sibuk"jawab Prilly.
"Hahaha kau berlaga seperti selebrity yang melakukan konser keberbagai negri, sampai-sampai kau tidak mempunyai waktu. Luangkanlah sedikit waktumu untuk kekasihmu yang manis ini, biasanya kau slalu mempunyai waktu untuk ku"
"Baiklah. Akan ku pertimbangkan besok. Aku akan menghubungimu" Prilly pun bangkit dari duduknya berusaha hendak pergi karna malam semakin larut. Namun dengan cepat Ali menahannya.
"Ada apa lagi? Sekarang sudah pukul dua belas malam. Aku harus pulang" Prilly melepas jemari tangan Ali yang melilit dipergelangan tangannya.
"Biar ku antar, aku takut kau kenapa-napa"
"Tidak. Aku bisa pulang sendiri, kau tidak perlu menghawatirkanku" ucap Prilly mencoba berusa meyakini kekasihnya.
"Tapi..."
Belum sempat Ali mencegah Prilly pergi, gadis itu sudah melangkahkan kakinya terlebih dahulu.
"Bahkan dia tidak menciumku sebelum dia pergi" Ali menatap sendu punggung Prilly yang semakin lama semakin menjauh.
Ia seperti merasakan kehilangan sosok Prilly.
**
Dear diary.
Hari ini, lagi-lagi aku bertengkar dengannya hanya karna masalah kecil.
Tapi, Meski pun aku dan dia sering kali bertengkar namun rasa cinta itu tak berkurang sedikit pun.
Sudah lima tahun aku dan dia menjalani hubungan.
Duka bersama
Tawa bersama
Tapi untuk kali ini aku tidak ingin membagi kesedihanku kepadanya.
Sudah cukup kesedihan yang ku buat untuknya oleh sikap ku yang terlalu kekanak-kanakan
Aku ingin melihat orang yang kucintai terus bahagia
Aku tidak ingin menambahkan beban dipundaknya
Ku rasa belum waktunya aku menceritakannya
Terlebih lagi jika aku menceritakannya
Aku yakin dia tidak akan menyetujinya
Tapi, Aku fikir ini adalah cara yang terbaik.
Aku takut jika aku menceritakannya, rencana yang sudah ku pertimbangkan masak-masak akan berantakan.
Keputuskan ku sudah bulat
Meskipun aku menghilang setidaknya aku bisa melihat orang-orang yang kusayangi tersenyum.
Diary ku.
Aku sedih ketika dia berkata dia mencemaskanku.
Dia berkata minggu-minggu ini aku berbeda.
Dan dia bertanya mengapa aku tidak takut dengan kegelapan, padahal ia tau aku sangat sangat takut akan kegelapan. Ya. Memang sangat takut dengan kegelapan
Tapi ketika kesedihan sedang menyelimuti diriku, rasa takut itu menghilang.
Air mata yang menemani
Rasa sesak yang mengusir rasa takut.
Bahkan terkadang aku takut ketika kebahagiaan sedang menyelimuti diriku.
Aku takut kebahagian itu tak berlangsung lama.
Dan aku takut kebahagiaan ku bersamanya tidak berlangsung lama
Dan sekarang rasa takut kehilangan itu semakin besar
Kebahagian ku dan dia tidak akan berlangsung lama karna aku akan menghilang
Menghilang bukan karna keinginan ku
Melainkan karna sebuah alasan yang sewaktu saat nanti akan terjawab.
Dan dia juga bertanya mengapa aku begitu menyukai hujan?
Aku tidak menjelaskan secara terperinci mengapa aku menyukai hujan.
Tak slamanya yang takut itu menakutkan. Pasti ada sisi keindahannya.
Sama halnya ketika hujan turun.
Aku menyukai hujan karna aku dapat mengenang orang-orang yang kucintai, orang-orang yang pernah ada dikehidupanku dan mereka satu persatu menghilang karna kesalahan ku.
Ketika Hujan turun aku seperti bisa merasakan sosok mereka. Aku senang ketika mengenang mereka
Namun tak slamanya kesenangan itu menyenangkan pasti ada sisi menyedihkannya.
Aku juga sedih ketika hujan turun. Karna saat aku larut dalam dunia hayalanku, saat aku sedang mengenang mereka ketika aku tersadar rasanya terlalu menyesakan ketika harus menerima kenyataan pahit ini. Bahwa mereka tak disini.
Diary ku
Esok aku akan melakukan sesuatu yang berkaitan dengan hidup dan matiku.
Aku rasa aku akan menghilang.
Tapi meski aku menghilang setidaknya dunia pernah mengatakan bahwa aku pernah ada didunia ini dan merasakan cinta dan dicintai dari orang-orang yang membuatku mensyukuri atas anugrah yang Tuhan berikan.
Terutama Ali.
Ali, aku mencintaimu.
Maafkan aku jika suatu saat nanti aku akan menghilang dari pandanganmu.
Setelah berkeluh kesal kepada diary kesayangannya. Prilly pun tertidur.
**
Sebulan kemudian.
Ali nampak terkejut sekaligus senang saat mengetahui Prilly mengunjungi rumahnya.
Sudah sebulan gadis itu tidak memberi kabar.
Gadis itu menghilang.
"Maaf" untuk pertama kalinya, Ali mendengar Prilly meminta maaf.
"Ayo kita pergi. Menghabiskan waktu sampai malam tiba" Prilly pun menarik tangan Ali.
"Hey. Aku harus berganti pakaian terlebih dahulu" Ali melepas jemari Prilly yang melilit dipergelangan tangannya.
Prilly menggeleng, "Tidak perlu. Kau akan terlihat indah dimataku bagaimana pun penampilanmu"
Ali tertawa mendengar gombalan kekasihnya, ia pun baru pertama kalinya mendengar Prilly menggombalinya.
"Aku ingin terlihat sempurna dimatamu"ujar Ali sambil melempar tatapan cinta.
Bibir Prilly yang bergetar tersenyum manis, "Kesempurnaan tak slamanya indah. Jadi berhentilah untuk terlihat sempurna. Karna aku mencintaimu karna kesempurnaan hatimu yang tulus bukan karna kesempurnaan rupa atau pun karna penampilanmu yang modis" jelas Prilly.
"Tapi..."
"Sudah. Waktu kita tak banyak. Jangan membuang waktu yang tidak penting. Karna waktu sangat berharga. Ketika Tuhan memberimu waktu pergunakan lah dengan sebaik-baik mungkin. Ayo pergi kita habiskan waktu sampai mata terpejam"
Ali merasa ada yang berbeda dengan kekasihnya.
Gadis yang tiba-tiba menghilang sekarang kembali lagi.
Ali ingat saat terakhir kali Prilly menelponnya agar dirnya tidak menghubungi Prilly lagi.
Dan sekarang lihat, dia kembali dengan tingkahnya yang sangat sangat menganehkan.
"Kau aneh. Ada apa sebenarnya? Kau seolah-olah berfikiran waktu kita tidak banyak. Kita bisa melakukannya esok dan seterusnya. Kita akan slalu bersama melewati hari demi hari berdua"
Prilly tersenyum.
Senyum yang membuat benak Ali semakin bertanya-tanya dengan sikap Prilly yang menganehkan.
Mengapa Prilly tidak melawan. Sikap kekanak-kanakannya menghilang.
"Baiklah. Gantilah pakaianmu. Aku akan menunggumu, jadi waktu kita sudah terbuang lima menit. Lima menit yang sangat berharga bagiku"
"Prilly" Ali meraih kedua tangan Clarisa.
"Ayo kita pergi" kini gilaran Ali yang menarik tangan Prilly.
Setalah puas mencoba berbagai wahana permaianan yang menantang.
Prilly dan Ali memutuskan untuk pergi kesebuah danau buatan.
Mereka duduk disana.
Hanya ada satu buah lilin yang menerangi.
Prilly menyandarkan kepalanya dibahu Aldi dan memeluk lengan Ali.
"Apakah kau tidak takut?" tanya Ali mencoba memecahkan kesunyian.
Prilly menggeleng lemah, "Kenapa harus takut?" Tanya Prilly tanpa menggubris pertanyaan Ali.
"Kau bilang kau takut kegelapan" jawab Ali.
"Sudah ku bilang. Tak semuanya kegelapan itu menakutkan. Kau dapat melihat keindahan dikegelapan" jelas Prilly.
"Kau aneh" komentar Ali.
Prilly mengangguk dan tertawa renyah mendengar pernyataan Ali bahwa dirinya aneh.
Ya. Dia memang aneh, Prilly mengakui itu.
"Hey lihat kunang-kunanganitu indah" seru Ali ketika melihat kunang-kunang melintas dihadapan mereka. Lalu Ali pun menangkapnya.
"Kenapa dia tidak menyala jika aku menangkapnya" ucap Ali merasa aneh saat kunang-kunang berada dalam genggaman tangannya yang sedikit terbuka.
"Mungkin karna ia ingin bebas. Lepaskan dia dan biarkanlah dia terbang dengan indah"
Ali pun melepaskan kunang-kunang itu dan membiarkannya terbang.
"Apakah kau akan rela melepaskanku. Jika aku seperti kunang-kunang yang kau tangkap?"tanya Prilly sambil menahan tangis.
"Kenapa kau berbicara seperti itu?" tanya Ali.
"Aku ingin kau tersenyum. Sama halnya ketika kau melepas kunang-kunang itu. Aku berjanji akan bersinar seperti kunang-kunang. Bahkan aku akan bersinar terang seperti bintang yang terang diangkasa sana"
Ali hanya diam, ia meraih tangan Prilly.
"Berhentilah berbicara seperti itu" tegas Ali karna ia tidak ingin mendengar perkataan Prilly yang menurutnya konyol.
"Jika nanti aku menghilang. Kau akan mengerti arti keindahan hujan. Disaat itu kau bisa mengenangku dan tentunya kau akan merindukan hujan. Sama halnya ketika aku mengingat Ayahku"
Air mata Prilly tumpah begitu saja.
"Ali" panggil Prilly lembut.
"Hmmm" jawab Ali.
"Maukah kau berjanji untuk ku?"
"Janji?" tanya Ali tak mengerti.
Prilly mengangguk, "Berjanji akan tetap tersenyum ketika aku menghilang"
"Prilly" Ali menegaskan kembali agar Prilly berhenti berbicara seperti itu.
"Jangan berbicara seperti itu. Kau tidak akan menghilang, kau akan slalu bersamaku. Tunggulah aku mapan dan kita akan menikah"
Ali pun memeluk kekasihnya penuh cinta. Sedangkan Prilly menangisi dipelukan Ali.
*
Keesokan harinya Ali mengunjungi rumah Prilly.
"Bendera Kuning" Ali nampak kebingungan ketika melihat bendera kuning digerbang rumah Prilly dan sejumlah orang berdatangan.
Hati Ali mulai cemas, ia takut terjadi sesuatu kepada Prilly, mengingat pernyataan Prilly, bahwa dirinya akan menghilang.
Hati Ali terasa sakit. Sekujur tubuhnya mulai terasa dingin. Lututnya bergetar karna tak kuasa menahan sedih. Cairan bening mendarat dengan bebas dari pelupuk matanya.
"Prilly" Ali terpaku diambang pintu segera berlari mendekati tubuh yang diselimuti kain yang bercorak batik.
Ali memejamkan matanya. Ia berharap ini mimpi. Tangannya mencoba meraih kain putih transparan yang menutupi wajah itu.
"Prilly. Kenapa kau pergi" teriak Ali histeris.
Seluruh mata tertuju kepada Ali.
Ali menangis sambil memeluk tubuh Prilly yang sudah tak bernyawa.
"Nak" sebuah tangan menyentuh bahu Ali.
Segeralah Ali menengok.
"Apakah kau Ali?" tanya wanita parubaya itu.
Ali mengangguk, air matanya tak henti-hentinya menetes.
"Ada apa ini? Apakah ada sesuatu yang terjadi kepada Prilly? Bukankah Prilly baik-baik saja? Semalam aku masih bersamanya" tanya Ali gusar.
Wanita parubaya itu mengangguk, ia pun menangis.
"Benar Nak. Sebelumnya Prilly memang baik-baik saja"
"Tapi kenapa dia pergi dengan cara yang tak pernah ku ketahui. Jelaskan padaku mengapa Prilly bisa seperti ini" bentak Ali meminta penjelasan.
"Baiklah. Sebelumnya perkenalkan nama ku adalah Ressi, Ibu kandung dari Prilly" jelas Ressi memperkenalkan dirinya.
Ali nampak bersalah, karna sudah lancang membentak Ibu Prilly.
Tapi itu semua ia lakukan dibawah kesadarannya. Saat ini dia benar-benar hancur.
"Aku sudah melarangnya untuk mendonorkan hatinya. Tapi dia bersikeras. Dia ingin berbakti kepada orang tuanya dengan cara mendonorkan hatinya untuk Ayahnya. Prily merasa tersiksa ketika melihat Ayahnya menderita karna kangker yang Ayahnya derita. Sebulan yang lalu dia berusaha bunuh diri dengan cara meminum racun. Tapi untungnya aku datang dan mencegahnya" ujar Ressi menjelaskannya.Ressi menarik nafasnya perlahan, mencoba menahan segala rasa sedihnya.
"Setelah aku memberi nasehat kepadanya. Aku fikir dia mengubah pemikirannya. Namun nyatanya tidak. Prilly mencoba melakukan berbagai cara agar bisa mendonorkan hatinya karna Ayahnya menolak. Ayahnya tidak ingin mendapatkan donoran hati dari Prilly. Mungkin karna Prilly ingin menebus kesalahan dimasa kecilnya"
"Kesalahn?" tanya Ali penasaran sekaligus ingin mengetahui sebab kematian Prilly.
Ressi mengangguk, "Ya. Aku dan Ayahnya bercerai sewaktu Prilly masih kecil. Ia menganggap perceraian itu sepenuhnya adalah kesalahannya. Dia menuduh Ayahnya berselingkuh karna ia sering melihat Ayahnya pergi bersama sekertarisnya. Ayahnya slalu sibuk dengan pekerjaannya, Prilly merasa kehilangan sosok ayahnya. Dan menuduh Ayahnya berselingkuh dengan perempuan lain karna saat itu Prilly melihat Ayahnya sedang tertawa bersama secertarisnya padahal Ayahnya sudah berjanji akan pergi bersama ketaman bermain, karna merasa marah dia pun menceritakan semuanya kepadaku. Sempat aku tidak mempercayainya namun seiring berjalannya waktu aku pun akhirnya mempercayainya karna suami ku tidak mempunyai waktu dan malam itulah peristiwa yang mengejutkan terjadi"
Ressi pun menjelaskan semuanya. Penyesalan Prilly yang telah memisahkan kedua orang tuanya yang membuat sang kakak bernama Prisia meninggal akibat mengkonsumsi narkoba karna frustasi melihat perceraian kedua orang tuanya yang mendadak.
Ketika Prilly sudah beranjak dewasa.
Ia bertemu dengan sekertaris lama Ayahnya. Dan terkuaklah sebuah permasalan yang sebenarnya. Bahwa memang benar Ayahnya tidak ada hubungan yang lebih selain rekan kerja.
Sekertaris yang bernama Julia itu menjelaskan bahwa malam itu ia mabuk karna melihat kekasihnya berselingkuh. Saat itu kebetulan Ayah Prilly lewat dan menemukan Julia terkapar ditengah jalanan.
Ayah Prilly pun membawanya dan saat itu Ressi memergoki suaminya berduaan dengan Julia.
Julia yang mabuk terus bergumam tak jelas.
Ia menganggap Ayah Prilly adalah kekasih yang telah meninggalkan dirinya setelah menodainya. Ressi terkejut mendengar itu semua seminggu kemudian Ressi dan Ayah Prilly bercerai.
Dan saat itu juga terdengar kabar bahwa Ayah Prilly mengidap kangker. Untuk menebus semua kesalahannya. Ia pun berusaha memberikan hatinya. Bermaksut menggantikan hati Ayahnya yang tlah ia buat hancur.
Ali hanya diam setelah mengetahui semuanya.
Ia tidak bisa berbuat apa-apa.
*
Malam harinya, Ali tak bisa tidur. Ia bangkit dari tidurnya dan duduk ditepi ranjang.
Hatinya semakin bertambah sakit setelah selesai membaca diary milik Prilly.
Tadi, setelah acara pemakaman Prilly berakhir. Ressi memberikannya sebuah buku diary dan satu buah kaset.
Ali pun bangkit dari duduknya dan berjalan untuk mengambil kaset yang diberikan Ressi.
Setelah mengambilnya, ia pun memasukan kaset itu kedvd.
Semenit kemudian terlihat dan terdengar suara Prilly dari monitor TV.
"Wah hujan turun" seru Prilly sambil memutar handycame kearah hujan.
Aldi yang melihat rekaman video itu hanya tersenyum hambar.
"Ali. Jangan menangis" ujar Prilly kembali.
Ali menggeleng, ia seperti bicara secara langsung kepada Prilly.
"Aku tidak menangis" cecar Ali.
"Ayo tersenyum. Seperti ini" Prilly pun tersenyum lebar memperlihatkan rentetan giginya yang putih dan tersusun rapi.
Ali mengangguk dan berusaha tersenyum.
"Apakah wajahku terlihat pucat? Tunggu sebentar aku akan memoleskan bedak dan lipstik" Prilly pun mengambil bedak dan lipstik lalu memoleskannya.
"Bagaimana? Apa aku terlihat cantik?" tanya Prilly sambil memanyunkan bibirnya memperlihatkan warna lipstik merah yang sangat mencolok.
Ali kembali mengannguk, "Kau terlihat cantik"
"Benarkah?"
Ali mengangguk kembali. Ini seperti nyata.
"Mau kah kau mendengarkan sebuah lagu. Lagu yang ku ciptakan untukmu. Tunggu sebentar" Prilly pun beranjak dari tempat tidurnya.
Saat ini yang terlihat hanya kamar Prilly.
Foto-foto dirinya dan Prilly terpajang didinding kamarnya.
"Nah ini dia" Prilly kembali kemonitor, tangannya menggenggam sebuah gitar. Detik berikutnya Prilly memetik getir.
Terdengar sebuah lantunan nada gitar menghiasi ruangan
Siapa pun yang mendengarnya pasti akan tersentuh
Sebuah nada yang menciptakan kehidupan cinta yang bahagia namun terpisahkan karna sesuatu hal
Prilly pun mulai menyanyikannya.
Aku bahagia saat tuhan menunjuk ku untuk sehingga dihatimu
Berawal dari Pertemuan kita dibawah derasnya air hujan
Hujan menjadi saksi cinta kita disaat kau menyatakan cinta untuk ku
Saat itu aku seperti gila
Aku seperti melihat sebuah pelangi diatas langit ketika hujan deras yang turun dengan langit yang berwarna abu pekat
Hooowooo... ho...
Aku dan kamu adalah impian ku
Do'a terbesar yang slalu ku pinta pada Tuhan
Jika memang Tuhan tak menakdirkan kita untuk hidup bersama didunia
Aku ingin kau slalu hidup dihatiku
Dan kau akan menjadikan aku slalu hidup dihatimu
Sampai kita menutup mata
Dan tiba waktunya aku berharap Tuhan menakdirkan kita dikehidupan abadi.
Aku mencintaimu
meskipun aku pergi dan menghilang
"Bagaimana? Apakah kau suka dengan lagunya? Ahh mengapa aku menangis?" Prilly menghapus air matanya setelah selesai melantunkan sebuah lagu yang ia ciptkan untuk Ali.
"Tetaplah tersenyum meskipun menghilang. Kenanglah aku dan simpanlah aku disini" Prilly menunjuk dadanya.
"Ahhh. Debu ini sangat menyiksa sehingga membuat aku menangis. Aku tidak menangis, mata ku pedih karna aku kelilipan" Prilly berusaha tersenyum.
Detik berikutnya ia tertawa.
"Maaf. Sudah hampir sebulan aku tidak memberimu kabar. Aku ingin melatih dirimu supaya kau terbiasa tanpa aku. Tapi aku merasakan rindu yang teramat dalam. Aku merindukan pertengkaran kita yang konyol" Prilly menggigit bibirnya mencoba menahan tangis.
"Hey Ali bodoh, mengapa diam. Ayo tersenyum" pinta Ali.
Ali tersenyum seperti apa yang Prilly minta.
Tangannya menyentuh monitor TV.
"Tetap tersenyum meskipun aku menghilang. Jangan menangis meskipun aku menghilang. Kau kan slalu ada dihatiku. Jika kau merindukanku. Lihatlah hujan. Maka kau akan memaknai arti sesungguhnya"
Video rekaman itu telah berakhir.
Semalaman Ali terus memutar rekaman video itu. Tanpa terasa pagi telah tiba.
Terdengar suara gemuruh petir yang menyambar-nyambar diangkasa sana.
Bau khas tanah basah mulai tercium oleh indra penciuman Ali.
Ali melangkahkan kakinya dan duduk ditepi jendela.
Ali memejamkan matanya dan memanjangkan tangannya (eiiittss bukan maling yah )
Tetesan air hujan itu menetes mengenai tangannya.
Ia seperti bisa merasakan kehadiran Prilly. Sudut bibir Ali terangkat, ia bisa membayangkan Prilly sedang tersenyum manis kepadanya.
Tapi saat mendengar suara gemuruh petir yang kembali menyambar-nyambar, Ali segera menarik tangannya.
Khayalannya terpecah.
Rasanya sakit harus menerima kenyataan pahit ini.
*
Untuk mengenang hari keseribu kematian Prilly. Ali pergi ketempat-tempatyang pernah ia kunjungi bersama Prilly.
Ia menghentikan langkahnya ketika melihat bangku taman yang tertutup oleh dedauan dan bunga berwarna merah yang jatuh dari tangkainya.
Tiba-tiba gerimis datang.
Tetesan-tetesankecil itu kini berubah menjadi tetesan besar.
Ali hanya diam, membiarkan tubuhnya diterpa oleh derasnya air hujan.
Bayangan tentang Prilly kembali bermunculan dalam fikirannya.
Senyumnya, amarahnya, tingkahnya yang menyebalkan. Ali bisa merasakan semua hal tentang Prilly saat hujan turun.
"Kau tidak akan tau keindahan Hujan itu seperti apa. Sebelum kau memaknai arti Hujan yang sesungguhnya. Yang kadang membuatmu tertawa sendiri senang, kadang pula bersedih. Percayalah suatu hari nanti kau akan merindukan Hujan. Kau pasti akan menunggu kehadiran Hujan"
Ali seperti bisa mendengar suara Prilly.
Sekarang aku bisa memaknai arti Hujan
Setelah kau pergi
Dalam fikiranku slalu terbayang dirimu
Ketika aku merindukanmu
Aku berharap Hujan turun
Sekarang aku benar-benar merindukan Hujan.
"Tersenyumlah, meskipun aku menghilang"
Perkataan Prilly pun kembali terngiang.
Ali memejamkan matanya dan membayangkan saat ini ia sedang berlari-lari dibawah derasnya air hujan.
Saat gemuruh petir kembali terdengar, Ali membuka matanya.
Sudut bibir Ali terangkat, air matanya menetes bersamaan dengan air hujan.
Mengapa ia bisa memaknai arti hujan sesungguhnya
Ketika Prilly tlah pergi.
Hujan, tanpa dia.
Begitu menyakitkan
Namun aku akan tetap tersenyum
Seperti pelangi yang bersinar terang setelah hujan.
Prilly, tenanglah disana.
Dunia kita tlah berbeda. Namun cinta kita tidak akan pernah berbeda, cinta kita satu.
Tamat
Karya : Dilla
Jangan lupa follow Twitterku @_BayuPrasetya
Thank you :D
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment