`Pinocchio`
Part 12
Muhammad Aryanda.
-o-
Bastian mengedarkan penglihatanya. Lalu berkata kepada Steffie. ”Tad..tadi aku gak sengaja ngeliat kuntilanak.”
Steffie tercengang lalu menjerit.
”Steff, tenang dulu!”
”Aaaa!!!” Steffie sudah seperti orang gila, dia tidak memperdulikan Bastian dan langsung berjalan masuk. Menyalakan mesin dan melajukan mobil dengan kecepatan biadab.
Bastian yang menyaksikan dengan mata dan kepala sendiri tingkah Steffi hanya bisa memandang mobil yang berlalu itu dengan tatapan 'Kenapa-lo-tinggalin-gue-nyet'
Dengan lemas Bastian melangkahkan kakinya menyusul mobil tersebut
-o-
Steffie memarkirkan mobil dengan sembarangan, ban mobil menjerit, penumpang terbanting serta membuat debu berterbangan.
”Settt...taan..” Umpat Salsha penuh penekanan, dia melotot ke arah Steffie dengan wajah murka.
Steffie mengangguk dengan wajah meminta maaf. ”Kita udah sampai,” katanya sambil membuka pintu mobil lalu keluar, di susul dengan Salsha dan (namakamu).
Ketiganya berjalan berdampingan, tiga pasang mata itu mengedarkan pendangan ke segala arah. Steffie bergidik, dia memperlambat langkahnya yang langsung di tarik oleh Salsha.
”Seremmm...” Gerutu Steffie, tak ada yang menanggapi perkataannya.
”Apa Diora gue tinggal di mobil aja ya?” (Namakamu) menghentikan langkahnya, dia memandang Salsha dan Steffie secara bergantian seakan meminta pendapat.
Salsha menggeleng sedangkan Steffie menangguk.
”Tinggal aja biar gue yang jagain.”
”Sih pirang bisa banget.” Salsha tak tahan untuk tidak mengacak-acak rambut pirang Steffie karena gemas mendengar ucapan wanita itu.
”Megang-megang aja kali, Sha, gausah pake acara ngejambak juga.” Sungut Steffie sambil menepis tangan Salsha.
”Kejambak ya? Ups, Sori. Gue minta maaf ya.”
”Pala lo peang ahh. Sori, sori, sori, belom lembaran.”
”Lo yang pea! minta maaf aja pake tunggu lebaran.”
”Ini kapan selesainya,” sela (namakamu) di tengah perdebatan tidak penting Salsha-Steffie.”Tuh kan! Anak gue nangis lagi!”
Mengetahui anak (namakamu) nangis, Steffie malah loncat ke pelukan Salsha.
”Napa sih lo!” Kesal Salsha mendorong Steffie agar menjauh.
”Ssshh,” Steffie membekap mulut Salsha, wajah tololnya mendadak berubah misterius. ”Lo tau gak, ini malem apaan?”
Tiba-tiba Salsha menolak kepala Steffie, sampai wanita itu terjerembab. ”Somplak lo ah, ngasih pertanyaan tapi bekep mulut gue, mau jawab pake apaan gue!”
Steffie bangkit dengan pandangan berapi-api dia berjalan dengan garang ke arah Salsha.
”Gausah nolak-nolak gue juga kali, nyet!” Kesal Steffie seraya menarik rambut Salsha.
”Gak pake nyet berapa bi.” Tidak terima dengan serangan Steffie, Salsha balas menyerang.
(Namakamu) yang menyaksikan hanya menunduk sambil menutup wajahnya dengan tangannya yang bebas.
”Gitu aja terus sampe seokarno bangkit dari kubur -..-” gumam (namakamu).
-o-
”Baal,” saat pintu terbuka, (namakamu) langsung memanggil nama laki-laki itu. Dia mengedarkan pandangannya ke segala arah, hening dan tak ada yang menunjukan kalau disini ada orang. Suara umpatan, makian dan hinaan masih terdengar di luar sana, semua perkataan kurang senonoh itu keluar dari mulut Salsha-Steffie.
Dalam keheningan ini, indra pendengaran (namakamu) menangkap bunyi suara bisikkan. (Namakamu) mulai melangkah lagi, kali ini sangat pelan dan cukup tak terdengar, langkahnya terayun ke arah ruang keluarga. (Namakamu) seakan baru tersadar betapa menyeramkannya rumah ini tanpa sedikitpun alat penerang. Sampai akhirnya dia mendapati punggung Aldi dan Iqbaal. (Namakamu) bertanya-tanya dalam hati, apa yang sedang mereka lihat? Kedua laki-laki itu tampak diam dengan sikap menyaksikan sesuatu.
Lebih mendekat lagi, mulut (namakamu) baru saja ingin menyebut nama Iqbaal saat beberapa detik kemudian sebuah benda jatuh dari langit-langit ruangan. Aldi dan Iqbaal terkesiap, tapi ada suara orang lain yang samar-samar (namakamu) kenali.
*
Mereka masih bertahan dengan posisi seperti itu. Tidak bergerak dan tidak menimbulan suara. Jessica masih terkunci dan tak bisa bergerak, tangannya di piting sedangkan sebuah benda tajam dan berbahaya bermain-main di lehernya.
Iqbaal dengan wajah geram namun tak urung melakukan apapun hanya bisa menahan emosinya yang hampir meledak..
Bruk!
Semua terkesiap, semua mata langsung tertuju pada benda yang tergeletak tepat di tengah-tengah mereka.
Boneka. Pinocchio.
Merasa mendapatkan sebuah kesempatan, Jessica melayangkan tangannya ke perut pria tua di belakangnya dan berlari ke arah Iqbaal. Iqbaal menyambut dirinya—Iqbaal memeluknya—Jessica bisa merasakan tubuhnya di peluk erat dengan laki-laki itu.
Jessica merenggangkan pelukan Iqbaal. Dia memutar badannya dan tepat saat itu juga pria tua sialan itu melayangkan tinju kepada keduanya. Jessica menghindar begitupun Iqbaal, tapi suara 'bugh' membuat Aldi, Jessica dan Iqbaal menoleh ke belakang.
(Namakamu).
Wanita itu sudah jatuh tersungkur, Diora menjerit menangis dalam dekapannya.
Melihat itu membuat emosi Iqbaal meledak, dia berjalan dengan napas terengah-engah ke arah pria tua itu. Satu buah pukulan darinya pun berhasil merobohkan pria tua itu, dan di lanjutkan dengan pukulan kedua, ketiga dan seterusnya.
”Kamu!” Jessica memanggil seorang laki-laki yang mencoba memisakan Iqbaal. Laki-laki itu menengadah, garis wajahnya terlihat bingung.
Jessica menarik Aldi ke arah lemari.
”Bantu aku geser lemari ini.” Pinta Jessica, dia tidak mendengar laki-laki itu membalas ucapannya mungkin laki-laki itu hanya mengangguk karena saat Jessica mencoba mendorong lemari, laki-laki itu ikut menodorong.
Hanya butuh waktu satu menit untuk menggeser lemari itu.
”Busuk!” Aldi menjauh sambil menutupi hidungnya. Dia mengernyit saat melihat gadis di dekatnya hanya diam terpaku sambil memperhatikan sebuah lubang. Dan detik selanjutnya, apa yang di lakukan oleh gadis itu membuat Aldi tercengang bodoh.
Gadis itu menggali lubang itu lebih dalam dengan jari-jarinya. Aldi tidak tahu harus berbuat apa, tapi dia tidak akan sudi melakukan hal yang sama dengan gadis itu. Mendekat saja dia enggan. Bau busuk!
”(Namakamu),” tidak sempat Iqbaal melihat memar yang sudah tergambar di pria tua tak di kenalnya itu. Dia langsung mendekatkan diri pada (namakamu), wajahnya sangat khawatir, dia mengambil alih Diora dari (namakamu). ”Darah.” Kata Iqbaal sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibir (namakamu).
”Gak pa-pa, aku bisa tahan.”
”Kamu kenapa ada disini?!” Suara Iqbaal terdengar marah, (namakamu) menengadah dan memandang Iqbaal sendu. ”(Namakamu)? Kamu kenapa?”
(Namakamu) menggeleng sambil mengerucutkan bibirnya.
”Ya tuhan, ngambeknya nanti aja bisa kan?” Iqbaal meredahkan sedikit suaranya, napasnya yang terengah-engah itu membuat suaranya seperti terdengar 'bentakkan'
”Tadi kamu peluk Jessica.” Celetuk (namakamu).
Iqbaal melotot kepada (namakamu). Dalam keadaan seperti ini bisa-bisanya (namakamu) membahas hal tidak penting seperti itu.
Bola mata (namakamu) bergerak-gerak seakan bingung, dan tanpa sengaja matanya melirik ke arah pria tua yang keadaanya sudah mengenaskan sekali. Tapi yang membuat (namakamu) berjengit adalah saat pria tua itu bangkit dan berlari sambil menyambar Diora dari dekapan Iqbaal.
Iqbaal maupun (namakamu) langsung bergerak hendak mengambil alih anaknya. Tapi tiba-tiba saja pintu dan seluruh jendela rumah ini tertutup rapat, angin berembus sangat kencang entah dari mana, segala furniture yang tersisa terhempas kesembarang arah, salah satunya mengenai Iqbaal dan pria tua itu hingga tersungkur. (Namakamu) berlari dan memeluk Diora.
Tak sampai disitu saja, rumah yang sudah kacau ini mendadak bergoyang-goyang, langit-langit rumah beruntuhan menjatukan segala papan dan kayu-kayu. Iqbaal bangkit dan menarik (namakamu) agar tetap disisinya, tapi agaknya rumah yang semakin bergoyang-goyang seakan ada gempa membuat keduanya terpental kesana-kemari.
”(Namakamu)!” Teriak Iqbaal yang melihat (namakamu) berada jauh di sudut ruangan, tak lama terdengar suara gedebuk, Iqbaal menoleh ke samping yang saat itu Aldi baru saja terpental dan punggungnya menghantam dinding kayu hingga hancur.
Pria tua itu menggenggam erat jendela agar tidak kehilangan keseimbangan.
Detik berlalu dan keadaan rumah semakin mengenaskan, di tambah bau busuk yang entah darimana munculnya. Lantai-lantai yang terbuat dari kayu itu hancur membuat sebagian permukaan retak dan berlubang-lubang.
Prash!
Iqbaal menghancurkan jendela yang ada di sebelahnya, dia berusaha melangkah ke tempat (namakamu). Setelah meraih tangan (namakamu), Iqbaal membawa (namakamu) ke jendela yang sudah pecah itu.
”Peluk yang erat.” Perintah Iqbaal, (namakamu) mengangguk. Segera sesudahnya Iqbaal mengangkat (namakamu) dan meloloskan wanita itu.
Rumah mendadak menjadi berat sebelah membuat rumah itu menjadi miring, Iqbaal maupun laki-laki tua itu jatuh ke lantai dan terseret.
Angin berembus sangat kencang mematahkan beberapa tiang rumah yang kebanyakan terbuat dari kayu. Anehnya, kekacauan seakan hanya terjadi di dalam rumah ini. Tak ada tanda-tanda akan turun hujan, gemuru awan atau hal seperti seharusnya. Ini sangat aneh, terlebih lagi guncangan besar seakan memutar balikan rumah. Permukaan lantai yang terbuat dari kayu itu sudah rapuh bahkan hampir sebagian sudah hancur membentuk lubang-lubang abstrak.
Iqbaal mencoba bangkit, dia berusaha merangkak, akan tetapi saat dia berpikir untuk meninggalkan tempat ini, Iqbaal teringat akan dua temannya yang masih berada di ruang keluarga. Bagaimana keadaan Aldi dan Jessica? Sesaat Iqbaal mengkhawatirkanhal itu, Aldi memperlihatkan sosoknya. Laki-laki itu berjalan menggunakan tangan di karenakan keseimbangan rumah yang tidak stabil. Dan tak lama sosok Jessica muncul, gadis itu tidak seperti Aldi, dia memilih berjalan seperti orang pada normalnya, dengan tangannya yang mencengkram dinding.
Bruk!
Sebuah kayu beton berdiameter 20 centi jatuh dari langit-langit rumah dan menghancurkan lantai kayu itu, memisahkan Iqbaal-pria tua dan Aldi-Jessica.
Hening.
Tiba-tiba saja semua kembali normal hanya saja jendela dan pintu masih tertutup rapat. Semua orang yang ada di dalam rumah menggunakan kesempatan ini untuk keluar dari rumah, mereka serempak bangkit dan berlari ke arah celah yang Iqbaal buat. Akan tetapi saat keempat manusia itu sedang berlari, embusan angin kencang membuat mereka terpelanting bahkan Jessica dan Iqbaal yang memiliki berat bedan tak seberapa terhempas hingga menghantam dinding. Keduanya masih beruntung karena kesialan yang lebih menimpah pria tua itu, dia terjeremus ke dalam lubang, namun jari-jari tangannya masih terlihat di ujung retakkan permukaan. Sedangkan Aldi yang paling beruntung, tubuhnya hanya bergeser kebelakang dan terhalang oleh dinding.
”Iqbaal!” Iqbaal menggeram, dia mendengar suara teriakan (namakamu). Dia mencoba bangkit tapi saat melihat gadis di sebelahnya yang tak sadarkan diri membuat Iqbaal harus menyelamatkan gadis itu.
”Sica,” suara Iqbaal terdengar khawatir. Bagaimana Iqbaal tidak khawatir melihat gadis itu terbaring tak berdaya, dan di beberapa bagian wajah gadis itu terdapat luka memar yang serius. Iqbaal mengusap keringat di wajah Jessica lalu dengan sisa tenaga yang di miliknya, dia memampah Jessica dengan kedua tangannya.
Terhempasnya Iqbaal dan Jessica sampai menghancurkan dinding antar ruang utama dan keluarga membuat Iqbaal harus berjalan hati-hati. Keadaan rumah sudah sangat mengenaskan, di setiap menit ada saja kayu-kayu dari langit-langit rumah yang berjatuhan. Ketika Iqbaal baru saja ingin mengakhiri perjalanan singkatnya di ruang keluarga, sebuah kayu dari atas jatuh penimpah bahunya. Iqbaal berjengit, dia terdiam sejenak. Tidak ada waktu untuk mengeluh, jadi Iqbaal terus berjalan sampai akhirnya Aldi mendekatinya dan menarik Iqbaal.
Iqbaal dan Aldi berdiri diri sambil berpegangan dengan dinding. Mereka harus melompati lubang yang besarnya hampir dua meter. Bagaimana mungkin hal itu di lakukan, terlebih tak ada peluang untuk berlari.
”Al, lo duluan.” Kata Iqbaal.
”Gimana sama lo?” Aldi menoleh ke Iqbaal, wajahnya yang semulanya bersih menjadi kumal seperti pemulung yang beberapa hari lalu tak sengaja bertemu dengannya.
Iqbaal diam untuk berpikir. ”Setelah lo nanti gue bakalan nyusul, tapi lo harus buru-buru ngambil Jessica dari gue.”
Aldi menangguk, dia memandang Iqbaal dan gadis yang bernama Jessica bergantian. Kemudian matanya terfokus pada lubang di hadapannya. Sebenarnya Aldi tak yakin untuk menyebrangi lubang itu, tapi kalau hannya diam disini saja, dia akan mati. Mungkin.
Aldi menghela napas panjang dan berlari, saat di penghujung permukaan, Aldi menekuk kaki depannya dan melompat. Saat berada di atas, seakan semuanya seperti bergerak dengan lambat, Aldi memejamkan matanya takut, takut kalau dia tidak sampai melewati lubang itu.
Dan...
Bruk!
Tubuhnya mendarat tak sempurna, namun tak jadi masalah. Aldi segera bangkit untuk menunggu Iqbaal, akan tetapi dirinya yang belum sempurna berdiri melihat Iqbaal sudah melompat. Tahu kalau Iqbaal tidak akan berhasil, Aldi segera berlari ke penghujung untuk menarik tangan Iqbaal.
Tapi apa yang terjadi tidak seperti yang Aldi inginkan, Iqbaal menghempaskan Jessica sampai menabrak badannya. Dan setelah itu, Aldi langsung terbaring. Dia lngsung mengedarkan pandangannya. Dia tak menemukan Iqbaal.
”Baal!” Teriak Aldi merasa takut akan keberadaan Iqbaal. Aldi bergerak perlahan menghampiri lubang itu, dan langsung menemukan Iqbaal yang sedang tergantung hendak terjatuh. Agak jauh dari Iqbaal terdapat orang tua yang tak Aldi kenali. Pria tua yang tadi sempat menyandra Jessica.
Aldi mengulurkan tangan untuk menyelamatkan Iqbaal, segera setelahnya Iqbaal langsung menyambut uluran tangan Aldi. Aldi melirik ke samping, walaupun pria tua itu keadaannya sangat mengenaskan, tapi dia seakan punya seribu cara untuk keluar dari tempat ni.
Aldi melihat sendiri bagaimana pria tua itumenganyunkanbadannya selama beberapa kali, dan dalam gerakkan yang tak terduga, tubuh pria tua itu terhempas ke udara, dan mendarat dengan sempurna. Fokus mata Aldi kembali teralih ke Iqbaal, laki-laki itu masih kesulitan untuk naik ke atas permukaan. Dengan sisa tenaga yang di miliknya, Aldi merasa tidak sanggup untuk mengangkat beban berat badan Iqbaal.
Bugh!
Sesuatu yang keras Aldi rasakan menghujam perutnya, Aldi bergeser dan mengeluh kesakitan, sebelah tangannya terlepas dan sebelah tangannya lagi masih berpegangan dengan Iqbaal.
”Seharusnya kalian tidak perlu ikut campur,” Pria tua itu mengingatkan sambil tertawa iblis. Dia mengayunkan kakinya lagi dan menghantam perut Aldi, Aldi mengerang kesakitan. Saat-saat seperti ini tangannya sudah tak kuat untuk menarik Iqbaal, perlahan tangannya dan tangan Iqbaal merenggang.
Merasa belum puas, pria tua itu menginjak punggung Aldi berkali-kali. Hal itu dia lakukan sampai Aldi tidak bergerak sedikitpun. Tertawa lagi, pria tua itu melirik keadaan laki-laki satunya, dia menengok ke bawah dan... Saat itu juga tubuhnya seakan di terjang oleh seseorang. Belum sempat dia melihat siapa sih pelaku, pria tua itu sudah terjerumus tanpa bisa melakukan apapun.
Iqbaal terangkat dan di bawa ke permukaan.
”Bas,” ucap Iqbaal terengah, dia seakan kehabisan oksigen.
Bastian. Ya, laki-laki yang tengah mengangkat Aldi itu adalah Bastian, dia segera meloloskan Aldi dari jendela yang hancur itu. Butuh waktu yang lama untuk membebaskan Aldi karena selain badannya yang besar, Bastian tak mempunyai cukup tenaga untuk mengangkat badan Aldi.
Setelah Aldi, Bastian memampah Jessica dan mengeluarkan gadis itu hanya dalam hitungan detik. Dan selanjutnya giliran Iqbaal.
*
Aldi, Jessica, Iqbaal dan Bastian sudah berada di luar rumah itu. (Namakamu) langsung menghampiri Iqbaal dan memeluknya, laki-laki itu tampak tak berdaya. Bersamaan dengan (namakamu), Salsha menghampiri Aldi begitu juga dengan Steffie yang langsung loncat ke dalam pelukan Bastian.
Rumah itu tak henti-hentinya bereaski dan sampai akhirnya, semua orang seakan merasakan tanah di sekitar mereka bergerak-gerak.(Namakamu) maupun Salsha berlari sambil membawa suami *ea* mereka masing-masing sedangkan Jesssica di selamatkan oleh Bastian, Steffie yang merasa di Bastian menyampakkannyahanya berjalan gusar sambil mengumpat.
Getaran di tanah semakin kencang, rumah itu seperti terserap ke dalam tanah. Mereka yang tersisa berlindung di dekat mobil, karena benda-benda yang ada di sekitatr sini agaknya terhisap oleh rumah itu.
Suara teriakan seorang pria yang seakan seperti di siksa mengakhiri segalanya. Keadaan normal seperti biasa dan rumah itu rata dengan tanah. Tak ada sisa-sisa dari rumah itu yang tersisa. Tempat ini seperti sebuah hamparan yang koson melompong.
Detik berjalan ke menit, langit gelap itu berubah menjadi cerah dan ribuan bintang mulai menampakkan diri mereka di angkasa membuat malam semakin bersinar. Suara kecauan binatang malam membuat keadaan malam seakan hidup.
TAMAT
Karya : @Aryaandaa (Muhammad Aryanda)
Follow juga Twitterku @_BayuPrasetya
Jangan lupa klik Share/Bagikan
Like juga FanPagenya di https://m.facebook.com /OfficialAryanda?refid=52& _ft_=qid.6089321748666344496%3Amf_story_ke y.-4267874796962675010&__tn__=C
No comments:
Post a Comment