Tuesday, September 29, 2015

Cerbung Somewhere - Part 6



`Somewhere` [6]

by Muhammad Aryanda.

— oOo —

Tidak jauh di depan sana ada sebuah persimpangan yang (namakamu) ketahui kalau belok ke kiri adalah sebuah halte.
”Kayaknya mereka udah nyingkirin semua barang-barang yang menyangkut lo deh,” tambah (namakamu).
Iqbaal berlagak seperti menghela napas. ”Kayaknya rantai yang kamu temui di gedung adalah rantai yang pernah mereka gunain untuk menjerat leher sama tangan aku,” kepala Iqbaal tertunduk, mata pria itu terpejam dalam seakan bayangan menyakitkan beberapa bulan lalu itu kembali teringat di kepalanya.
”Jangan sedih, oke, kalo kita berhasil kita bakalan bales, lo mau jerat leher mereka pake rantai anjing atau rantai babi? Lo tinggal pilih. Atau kalo lo nggak tega, biar gue yang ngelakuin, tapi jangan salahin gue kalo mereka malah mati,” (namakamu) nyengir usai menyelesaikan kalimatnya. ”Hwaiting!”
Iqbaal mengangkat wajahnya dan menatap (namakamu) dengan sebelah alis terangkat. ”Kamu ngomong apa sih?”
Mulut (namakamu) menganga. ”BODO AMAT!!!”

*
(Namakamu) sedaritadi menatap bayangan dirinya di cermin dengan bahu naik-turun seakan dia baru saja menyelesaikan lari maraton sejauh 1000 KM. Kulit wajahnya yang putih mulus itu berubah memerah seiring berlalunya waktu, ada perasaan jengkel yang tak bisa di jelaskan saat ini. Kedua tangannya yang ada di sisi tubuh pun mulai terkepal kuat bersamaan dengan gemeletukan mengerikan yang di hasilkan oleh giginya. Perlahan namun pasti, (namakamu) memutar kepalanya, memandang makhluk entah apa namanya yang ada di belakang sana.
”Gue kayak cabe-cabean,” ujar (namakamu) lemas, entahlah, hasrat ingin marahnya kepada pria, yang sekarang tiba-tiba saja sirna saat seutas senyum cerita tercetak jelas pada wajah pucat pria itu.
”Cantik,” aku Iqbaal. Ya, tentu saja, siapa lagi pria yang berani masuk ke kamar (namakamu) selain Iqbaal.
”Serius gue harus pake beginian?” tanya (namakamu) lebih kepada dirinya sendiri, dia menghadap ke cermin lagi untuk memandang dirinya yang sekarang sudah memakai pakaian yang di pilih langsung oleh Iqbaal. (Namakamu) meringis menatap payudara dan bokongnya yang tercetak jelas. ”Gue serasa kayak personil Sistar gini,”
”Bukannya Shireen sungkar berhijab ya?” Tahu-tahu Iqbaal sudah berdiri di sebelah (namakamu).
(Namakamu) meneliti wajah Iqbaal, dan mendapati mata pria itu yang memandang ke arah...OH! (Namakamu) buru-buru menjatuhkan kedua tangannya ke dadanya.
”Gue lagi ngomongi SISTAR, ya! Bukan THE SISTERS!” Kata (namakamu) galak seraya menghembus beberapa helai rambut yang menutupi matanya. ”Mata lo bisa nggak sih, nggak usah,”
Kalimat (namakamu) terhenti begitu saja saat garis wajah Iqbaal berubah kikuk, dan Iqbaal buru-buru menutup wajahnya dengan tangan.
”Kenapa gue mau-maunya ya bantuin lo, padahal lo bukan siapa-siapa gue. Kenal juga kagak, sodara juga bukan. Ngaku! Pasti lo jampi-jampi gue kan?”
Pertanyaan (namakamu) tak sempat terjawab karena tiba-tiba saja suara bel terdengar. (Namakamu) meraih blazer yang belum dia kenakan, dan memakainya. (Namakamu) tidak tahu siapa seseorang di luar sana, dan sangat tidak lucu jika seseorang itu adalah Aldi atau Bidi. Yeah, setahu (namakamu) hanya itu dua orang pria yang dia kenali.

*
”(Namakamu)!!” Seru seorang gadis saat (namakamu) membuka pintu, gadis yang hanya mengenakan kaos putih dan celana setinggi lutut itu langsung menghambur memeluk (namakamu). ”Gue kangen banget tau sama lo, gue pikir lo masih tinggal di kosan jelek lo sewaktu SMA itu, gue udah tanya ke Tasya, Celine sama Cindy tapi mereka nggak tau sekarang lo tinggal dimana, sampai akhirnya gue ketemu sama Aldi dan ngasih tau ke gue kalo lo tinggal di apartemen ini,” cerocos gadis itu panjang.
”Gue juga kangen sama lo, Fie,” kata (namakamu) seraya tersenyum saat gadis bernama Steffie itu melepaskan pelukannya.
”Suruh gue masuk kek,” Steffie mengerucutkan bibirnya.
(Namakamu) nyengir. ”Silahkan masuk, mau gue seret atau gue tendang?”
”Ih, dasar ya lo, sifat sinis lo nggak ilang-ilang,”
Keduanya masuk ke dalam dan berjalan beriringan menuju sofa, setelah Steffie duduk, (namakamu) beranjak dan berjalan menuju kulkas untuk mengambil softdrink untuk Steffie. Tidak ada yang lain, hanya itu, kalau pun ada, itu hanya air putih, dan (namakamu) yakin Steffie tidak akan mau.
”Lo dateng ke gue pasti ada suatu hal yang tersembunyikan?Ayo, bilang ada perlu apa?”
Steffie cuma bisa cengar-cengir saja mendengar ucapan (namakamu). ”Ah, (namakamu), selain sifat sinis lo yang belum ilang ternyata sifat dukun lo juga belum ilang,”
”Can you said know?”
”Gue numpang disini ya? Selama beberapa hari doang kok. Udah sebulan yang lalu gue di pecat dari kerjaan gue, dan gara-gara itu gue jadi nggak bisa bayar kos,”
”Kok gue nggak yakin ya sama kalimat 'selama beberapa hari' itu?” Mata (namakamu) menyipit memandang Steffie.
”Hehehe.. Tuh kan, lo emang dukun profesional dari jaman SMA. Jadi boleh ya gue tinggal disini, ntar kalau gue udah dapet kerjaan, gue langsung angkat kaki deh. Janji,”
Tidak perlu berlama-lama berpikir, (namakamu) langsung mengangguk tanda menyetujui keinginan Steffie, dan gadis itu segera beranjak dari posisi duduknya untuk memberikan pelukan kedua kepada (namakamu), yang lebih terasa seperti cekikkan.
”Oke, makaciw, (namakamu), gue sms bebeb gue dulu ya, dia ada di bawah,” Steffie menjejalkan tangannya ke dalam tas kecil yang ada di sebelahnya untuk mengambil ponsel, dan buru-buru mengetik pesan.
(namakamu) menggeleng iba menatap ponsel Steffie yang bisa di bilang keadaanya sudah tidak layak di pakai. Sedrama inikah hidup Steffie setelah dia di pecat dari pekerjaannya?
”Hape lo habis ke cebur got apa gimana? Kasian gue liatnya,”
Steffie yang baru selesai mengirim pesan pada bebebnya segera meletakan ponsel yang ada di tangannya di meja hadapannya. Sepasang mata Steffie dan (namakamu) menatap ke arah ponsel bermerk Iphone itu dengan cara yang berbeda-beda.
”Itu gue nemu tau, hape gue sama laki gue,” beritahu Steffie.
”Nemu? Lo jumpa di jalan dan langsung lo ambil?”
”Sayang tau, apalagi masih bagus gini,”
”Masih bagus? -__-” (namakamu) menatap lebih rinci ponsel yang ada di meja. Sebagian layar ponsel itu tampak retak, berakibat pada noda hitam yang menutupi sebagian layar, tapi noda hitam itu hanya ada di bagian atas, jadi masih bisa di gunakan untuk mengirim pesan, belum lagi casingnya yang bobrok dan kusam. Itu yang di maksud Steffie masih bagus?
”Lo nggak mau tau gue nemu itu hape dimana?” Dengan sikap sok misterius Steffie mengangkat kedua alisnya secara bersamaan.
(Namakamu) menghela napas sebelum menyenderkan punggungnya lebih dalam. ”Di tempat sampah mungkin?”
”Hina banget gue, astagfirullah,”
”Bisa ngucap juga lo?”
”Sekafir itu kah diriku, (namakamu)?” Garis wajah Steffie mendadak berubah drama.
(Namakamu) bergidik melihat tampang Steffie yang berubah seperti gadis-gadis teraniaya yang ada di sinetron.
”Gue nemu hape ini waktu bos kamvret yang udah pecat gue itu mau beli gedung untuk di jadiin tempat bisnis kafenya. Tapi dia nggak jadi beli gedung itu karena tempatnya nggak banget, meskipun gede dan murah meriah muntah tapi tetep aja, gue yakin kalo lo dateng kesitu pasti lo langsung liat yang aneh-aneh,”
Bahu (namakamu) menegang setelah mendengar kalimat Steffie, bukan karena lelucon tolol yang terselip di kalimat Steffie melainkan tempat dimana Steffie menemukan ponsel jelek ini. Tangan (namakamu) bergerak meraih ponsel Steffie, dan langsung mengotak-atik benda itu.
”Lo ngapaian? Jangan baca-baca sms gue ya!” Kata Steffie.
Tapi (namakamu) mengabaikan. Berselang sepuluh detik, ketika (namakamu) membuka file gambar pada ponsel itu, (namakamu) mendapatkan sebuah gambar yang langsung membuat mulut dan matanya terbuka lebar.
Tampak sebuah foto keluarga di hadapannya. Sepasang suami-istri itu duduk mengapit putra mereka, wajah putra mereka tampak masam dan tidak bersemangat, hanya menyunggingkan seutas senyum yang terlihat menyebalkan padahal (namakamu) yakin kalau kaum hawa menginginkan lebih dari itu.
”Gue sengaja nggak ngelepas kartu memori sama sim card yang ada di hape itu, siapa tau aja nanti yang punya nyariin kan,”
Ucapan Steffie jelas di abaikan oleh (namakamu).

*
Dulu semasa masih memakai seragam putih abu-abu, (namakamu) memiliki sedikitnya empat teman dekat; Steffie, Celine, Tasya dan Cindy. Di antara keempat teman dekatnya itu, Steffie lah yang termasuk paling dekat dengan (namakamu), bahkan gadis yang sering menggonta-gantiwarna rambutnya itu tahu tentang kelebihan (namakamu) yang bisa melihat makhluk-makhlukhalus seperti Vita *okeabaikan*
Di antara empat teman (namakamu) itu, Steffie termasuk yang paling sering gonta-ganti pacar, gadis itu juga memilik image sexy dan centil. (Namakamu) bahkan masih ingat dengan kejadian di sekolah saat seorang murid laki-laki yang notabenenya adalah seorang murid cupu itu di goda oleh Steffie sampai-sampai murid laki-laki itu keringat dingin.
”Lo suka sama cowok itu?”
(Namakamu) mengulum senyum, dengan susah payah dia menganggukkan kepalanya. Telunjuk Steffie yang masih mengarah pada seorang pria di sudut ruangan perlahan terjatuh.
”Kayaknya dia cowok nggak bener deh, (namakamu),” komentar Steffie, dengan sangat jelas dia melihat dua orang wanita berpakaian sexy mengapit pria yang di maksud (namakamu). Pria yang (namakamu) sukai.
Mata (namakamu) terpejam. ”Lo kan belum kenal dia, jadi mana tau kepribadian dia sehari-hari,” (namakamu) menjeda ucapannya untuk menghela napas, ”jadi rencananya apa?”
Steffie di buat bingung dengan tingkah (namakamu). Benarkah (namakamu) sudah berubah? Gadis sinis itu benar-benar menyukai pria yang seperti itu? Beberapa tahun tidak bertemu rasanya seperti membuat Steffie melihat (namakamu) dengan kacamata yang berbeda.
Steffie mendekatkan wajahnya ke telinga (namakamu) guna untuk membisikan rencana yang dia punya. Suara hiruk piruk seperti di pasar ini membuat Steffie tak mungkin untuk menjelaskan kepada (namakamu) dengan cara normal. Dentuman musik cepat khas Disk Joke ternama berkali-kali memekakan telinga (namakamu) yang memang tidak terbiasa dengan tempat seperti ini.
*
(Namakamu) tentunya tidak memberitahu Steffie tentang keberadaan Iqbaal, dan apapun yang menyangkut Iqbaal. Dan soal ponsel yang Steffie temukan di sebuah gedung itu, (namakamu) tidak menanyakan dimana lokasi gedung tersebut, tanpa (namakamu) tanyakan juga dia sudah tahu gedung yang Steffie maksud sama dengan gedung yang kemarin sore dia kunjungi.
Semenjak kehadiran Steffie beberapa jam yang lalu, Iqbaal jadi jarang terlihat, dan terakhir kali terlihat adalah saat dia memberitahu pada (namakamu) tentang keberadaan Karel sekarang, Iqbaal juga memberitahu kalau Karel adalah pria yang sama dengan pria yang (namakamu) temui di ruang pak Roy.
(Namakamu) sudah berdiri di balik suburban putih, yang entah milik siapa, posisi ini Steffie yang menentukan. Ketika suara mesin mobil terdengar, (namakamu) menjenjangkan sedikit lehernya untuk memastikan kalau suara mesin itu adalah milik BMW Karel. Oke, tarik napas dan lakukan.
Suara mesin mobil semakin terdengar jelas di telinga (namakamu), dan yang perlu sekarang dia lakukan adalah pura-pura berjalan timpang dengan sikap mabuk lalu tertabrak mobil itu. Semoga saja rasanya tidak sakit, harap (namakamu).
Bruk!
”Aduh,” (namakamu) langsung terjatuh begitu bemper depan BMW yang dikemudikan oleh Karel menabrak kakinya, seharusnya (namakamu) menjagakkan tangannya pada kap depan mobil tersebut, seperti saran Steffie, tapi tiba-tiba saja semuanya malah seperti kenyataan.
(Namakamu) meringis, dia rasakan perihh pada siku tangan kirinya akibat manahan badannya agar tidak terjatuh. Sedangkan rasa sakit lainnya dia rasakan pada kaki kanannnnya yang tertabrak.
Mesin mobil mati. Suara sepatu pantofel langsung mengisi telinga (namakamu) beberapa detik setelah dia terjatuh. (namakamu) mengehela napas, dia harap tidak akan ada adegan sinetron yang harus dia lalui.
”Kamu nggak pa-pa?”
Mata lo picek atau gimana, cerocos (namakamu) dalam hati.
”Maaf, aku yang nggak liat-liat jalannya,” kata (namakamu) lemah, tentunya dia tidak lupa kalau dia berperan sebagai gadis mabuk, (namakamu) menempelkan sebelah tangannya ke kening untuk memijat.
”Ng, nggak, aku yang salah karena nyetir sambil main handphone,” pria yang (namakamu) ketahui bernama Karel itu langsung meletakan tangan kanannya di pinggang, dan perlahan dia menuntun (namakamu) berdiri. Tapi (namakamu) bersumpah kalau tangan Karel sempat merayap ke bokongnya.
Ini belum kenalan, please. Rutuk (namakamu) dalam hati.
”Tangan kamu berdarah,” Karel menatap luka di siku (namakamu) lalu beralih ke wajah (namakamu); gadis itu sedang mengigit bibir bawahnya. ”Sakit?”
(Namakamu) mengangkat kepalanya untuk memandang Karel sejenak. ”Sakit banget,” setelah itu (namakamu) meringis.
”Kamu sama siapa?” Karel mengedarkan pandangannya untuk mencari rekan (namakamu).
”Sendiri,”
”Kalau gitu aku anter pulang, tapi sebelum itu kita ke klinik,”
(Namakamu) nyaris berjengit dan hampir menepis tangan Karel, yang, OH! Belum beranjak dari tangan (namakamu). ”Nggak perlu ke klinik,”
”Oh? Langsung pulang?”
”I-iya,” dengan susah payah (namakamu) mengeluarkan jawaban karena tiba-tiba saja sikunya berdenyut.
”Aku Karel, dan kamu?”
”(Namakamu),”
Ketika (namakamu) masuk ke dalam mobil Karel, hal yang pertama kali (namakamu) pikirkan adalah kalau dia sedang duduk di sebelah seorang pembunuh. (Namakamu) bergidik, di saat seperti ini dia mengharapkan kalau pria di sebelahnya ini masih memiliki sedikitnya sifat manusiawi.
”Kayaknya aku pernah liat kamu deh,” tanya Karel saat mobil berhenti di light traffic.
”Oh ya?” Saatnya berakting pikun, pikir (namakamu), seraya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
”Iya, wajah kamu kayak nggak asing,” Karel menoleh ke arah (namakamu), dan meneliti wajah (namakamu) lama.
”Dimana? Mungkin kalau kamu rinciin tempatnya aku bakalan inget,”
”Aku juga lupa,”
LO SODARANYA IQBAAL KAN? NGGAK HERAN! Geram (namakamu) dalam hati.
”Kamu kenapa?” Karel bingung melihat perubahan ekspresi (namakamu), dan secepatnya (namakamu) menggeleng, light traffic menyala hijau, Karel langsung menginjak pedal gas dan mobil berlalu.

Karya : @Aryaandaa (Muhammad Aryanda)
Instagram : Aryaandaa
Follow juga Twitterku @_BayuPrasetya
Instagrram _BayuPrasetya
Jangan lupa klik Share/Bagikan
Like juga FanPagenya di https://m.facebook.com/OfficialAryanda?refid=52&_ft_=qid.6089321748666344496%3Amf_story_key.-4267874796962675010&__tn__=C

1 comment:

  1. ▷ Casino Site 2021 Bonus Codes | Chone Casino
    Online Casino Bonuses · 1xbet 1. Unibet · 2. PlayOJO Casino · 3. Royal Panda · 4. Juicy Spin Casino 카지노 · 5. 메리트 카지노 쿠폰 Microgaming · 6. PlayOJO.

    ReplyDelete

Situs terkait