Tuesday, March 24, 2015

Cerbung Desire And Hope - Part 5

Part 5

Muhammad Aryanda.

OoO

Iqbaal terdiam.
Jessica memang sering seperti ini. Tingkahnya yang seperti anak kecil, dan sangat manja membuat Iqbaal terkadang malu kalau membawa Jessica pada acara yang menyangkut teman-temannya.
Jessica memang sering memeluk dan mengecup pipinya tanpa dia duga, tapi ini untuk kali pertamanya gadis itu mengecup langsung bibirnya. Apa Iqbaal harus marah? Tidak, dia tidak bisa marah dengan gadis ini walaupun dia selalu mengeluh pada siapapun yang membawa gadis ini mendekat padanya, tapi begitu dia sudah berada di dekat Jessica, dia tidak bisa mengelak apapun yang di lakukan gadis ini.
Sementara Iqbaal masih membisu, Jessica langsung menarik tangan Iqbaal dan membawanya turun.
*


Ini malam sabtu kan, atau yang biasa para remaja sebut itu saturdei neg. Ya, ini memang malam itu, malam dimana kebanyakan para pasangan remaja mengumbar kemesraan di jalan raya, cafe, mall dan tempat terpencil sekalipun. Tapi bagaimana dengan (namakamu) dan Aldi? Mereka berdua tidak terlalu memperdulikan hal yang seperti itu, karena dia otak mereka berdua hanya ada main dan main, dan makan, dan molor, dan main.
Seperti malam ini, Aldi dan (namakamu) berada di atas pohon, pohon yang ada di depan rumah Aldi. Di bawahnya ada kursi tapi kenapa mereka malah duduk di atas pohon? Mungkin ini pertanda kalau tarzan emang ada.
”Al, lo serakah banget sih, sini dong lilinnya lagi,” ucap (namakamu) kesal, karena persediaan lilin semuanya ada sama Aldi. Mereka sedang apa ya?
(namakamu) yang malam itu mengenakan baju rajutan berwarna merah muda seakan mempunyai aura yang berbeda, ini kali pertamanya (namakamu) mengenakan baju merah muda. Dan hanya mengenakan celana jeans pendek. Celana itu (namakamu) sendiri yang potong, tidak, dia melakukannya berdua sama Aldi. (Namakamu) motongnya terlalu pendek, bahkan celana itu tak sampai menutupi lututnya.
”Iya, bentar,” balas Aldi, yang masih fokus sama lilin-lilin yang dia susun di batang pohon.
(Namakamu) berada di batang yang sebelah kanan sementara Aldi yang sebelah kiri. Hampir setiap sabtu malam (malam minggu juga boleh) mereka menghiasi pohon ini dengan lilin-lilin.
Pakaian Aldi tak kalah sederhana dengan (namakamu). Pemuda itu cuma memakai kaos biru dan celana jeans selutut.
Mereka memang masih anak-anak ya?
”Cepetan kek, Al,” gerutu (namakamu), dia kesal karena Aldi terlalu lama memasang lilin-lilin itu.
”Sabar dong, (namakamu). Kalo mau lo ambil sendiri.” Suara Aldi tak kalah kesal.
”Gimana gue mau ambil, yang ada tangan gue kebakar kena lilin lo!” (Namakamu) menatap sebal, batang pohon milik Aldi yang sudah hampir sepenuhnya di terangi oleh lilin-lilin, sementara punya (namakamu) setengah bahkan belum.
”Makanya sabar,”
Aldi kalau lagi fokus emang gitu. Nyebelinnya minta ampun.
”Udah selesai deh.” Senyum mengembang di bibir Aldi, dia memperhatikan hasil kerjanya selama beberapa detik lalu berdecak kagum. Merasa kalau hasilnya sangatlah bagus, lalu dia menoleh ke tempat (namakamu).
Aldi langsung tertawa. Wajah (namakamu) yang murung, serta di sekeliling dia hanya di terangi beberapa lilin saja.
”Lama banget!” Begitu Aldi menyerahkan sekotak lilin pada (namakamu), (namakamu) langsung menyambarnya dengan tak sabar.
”Cepetan ya lo masangnya, ntar punya gue keburu mati.”
(Namakamu) mendelik. ”YAELAH! GUE BUKA KOTAKNYA AJA BELUM! SABAR NGAPAH!”
”(Namakamu), ada apa? Kenapa teriak-teriak.”Tiba-tiba terdengar suara Mamanya dari dalam rumah.
”Aldi Ma!” (Namakamu) balas teriak, padahal Mamanya gak teriak loh.
Aldi hanya tertawa melihat (namakamu). Perasaan aneh tiba-tiba aja muncul sewaktu ngeliat (namakamu) marah sambil ngeluarin kata-kata yang menurut Aldi gak lucu tapi bisa buat Aldi ketawa. Dan..(Namakamu)kalau di liat-liat lucu juga ya?
Karena terlalu penasaran dengan dirinya, Aldi pun menjulurkan tangannya ke wajah (namakamu) lalu menarik pipi gadis itu.
”Sakit! Anjir!” Umpat (namakamu) sambil mengusap bagian pipinya yang terasa perih.
Aldi tertawa lagi. Selama beberapa detik dia diam untuk memperhatikan (namakamu), tapi belum sempat satu menit berlalu, kejailan melintas di kepalanya.
Menghela napas, Aldi mengembungkan pipinya, dia sengaja menahannya, kemudian tangannya menepuk-nepuk pundak (namakamu), mengisyaratkan agar gadis itu melihat ke arahnya
”Ap..”
”Bhuuuu...” Dengan biadabnya embusan napas Aldi memadamkan sebagian lilin (namakamu).
Rahang (namakamu) mengeras, jari-jari tangannya perlahan mengeras, tumbuh niat dalam hatinya untuk membunuh Aldi malam ini juga, tapi semua itu sirna saat tiba-tiba saja (namakamu) malah merengek seperti anak kecil.
”Aldi lo jahat banget, gue gak mau lagi temenan sama lo, ya ampun, Aldi, lo tau sendiri kan kalo gue itu udah nunggu lo berjam-jam lamanya, dan sekarang malah kayak gini, lo dengan jahanamnya main madamin lilin gue, sshh! Gue heran sama lo sebenernya punya otak gak sih, yaelah gue capek! Gue gak mau lagi main beginian, gue mau pulang, tidur! Gue bisa gila kalo terus-terusan berdua sama lo!” Rentetan kata-kata yang keluar dari mulut (namakamu) tak sedikitpun membuat Aldi merasa menyesal karena telah melakukan tindakan yang amat menyebalkan itu.
Di pandangnya (namakamu) yang masih mendelik ke arahnya, gadis itu tampak kesal dengan apa yang baru saja dia lakukan. Perlahan-lahan Aldi mulai tersenyum lebar sambil mengacungkan jari peace-nya.
”Jangan marah-marah terus entar lo cep..”
”GIMANA GUE GAK MARAH TERUS, KELAKUAN LO AJA NYEBELIN BANGET!”
Mulut Aldi terkatup rapat, kayaknya dia baru aja ngebanguni singa yang ada di dalem diri (namakamu).
”GAK USAH SENYUM-SENYUM!”
”Gue gak senyum-senyum.”Suara Aldi terdengar datar, pasrah, pen mati.
”GAUSAH NGEJAWAB KALO LAGI DI OMELIN!”
”-__-??”
(Namakamu) lebih milih untuk memunggungi Aldi daripada menatap wajah pemuda itu. Dia benar-benar kesal. Kenapa sih Aldi selalu saja mengusiknya, padahalkan (namakamu) lagi pengen jadi cewek yang kalem tapi entah kenapa kalo lagi di dekat Aldi kesan cewek baik-baik dalam diri (namakamu) sirna gitu aja kayak kena kentut.
*
Iqbaal mengemudikan mobil dengan kecepatan sederhana, sebenarnya dia tidak ingin pergi ke rumah Aldi-(namakamu)menggunakan mobil tapi kalau kenyataanya dia harus pergi bersama Jessica. Dia harus membawanya. Gadis itu tidak suka naik motor, dia lebih suka naik mobil.
Sementara Iqbaal mengemudi, Jessica yang duduk di sebelahnya sibuk dengan barang-barang belanjaan yang mereka beli tadi.
Kalau Aldi dan (namakamu) sering menghabiskan waktu malam minggu mereka di atas pohon, lain dengan Iqbaal dan Jessica yang sering menghabiskan waktu malam minggu di Mall untuk berbelanja atau hanya sekedar makan malam.
”Ini untuk temen kamu, kan?” Jessica menumpahkan semua makanan ringan yang ada di dalam plastik besar hitam. Iqbaal melihat lalu mengangguk. Kenapa dia tidak marah? Padahal tingkah Jessica sungguh tidak sopan.
”Temen kamu suka makan ya? Ini apa engga kebanyakan?” Tanya Jessica yang merasa heran dengan teman Iqbaal.
”Temenku ada dua. Dan dua-duanya suka makan, jadi itu gak kebanyakan, mungkin aja kurang.” Jelas Iqbaal lalu tersenyum.
”Oh, mereka gendut ya? Kalo aku sih tiga bulan juga belum tentu makan snack sebanyak ini.”
Iqbaal menggeleng. ”Badan mereka standar, tapi yang cowok agak buncit.”
Sebelah alis Jess terangkat. ”Yang cowok? Maksud kamu, satunya lagi cewek?” Wajah Jessica yang polos itu di selimuti keheranan yang amat kentara. Gadis itu terlihat seperti gadis kecil berumur lima tahun, padahalkan usianya sama seperti Iqbaal.
Menggeleng, Iqbaal memaparkan sedikit tentang sahabatnya kepada Jessica. ”(Namakamu) sama Aldi itu udah temenan sebelum mereka keluar dari perut Ibu mereka. Mereka selalu berdua, nempel terus kayak prangko, lucu, suka berantem, gemesin banget kalo lagi berantem. Pasti kamu suka deh sama mereka.”
Jess semakin penasaran saja sama dua orang yang di ceritakan oleh Iqbaal ini. ”Masih lama ya?”
”Engga, nah, udah sampe.”
*
Bugh!
”Gue udah kasih peringatan ya sama lo, jangan ganggu gue lagi, tapi lo nya ngeyel jadi jangan salahin gue kalo gue ngelakuin ini sama lo!”
Dari atas suara (namakamu) yang cempreng dan bikin sakit telinga itu terdengar sangat jelas di telinga Aldi. Aldi tengah telentang di dataran berumput gara-gara dia sedang iseng ingin meniup lilin (namakamu) lagi, tapi sebelum dia melakukannya, (namakamu) sudah lebih dulu menonjok perutnya sampai Aldi merasakan isi dalam perutnya akan keluar. Dan kemudian dia terjatuh, dari ketinggian sekitar dua meter.
Tin! Tin!
Aldi dan (namakamu) menoleh, mereka pikir itu adalah suara klaksonnya mobil Papa Aldi, tapi ternyata Luxes Silver entah punya siapa yang berhenti di depan pagar rumah Aldi.
Seorang gadis keluar dari mobill itu.
Alis (namakamu) terangkat.
Gadis itu mengenakan kaos dalam putih ketat yang di lapisi oleh kardigan merah mudah bermotif bintang-bintang, celana jeans ketat warna putih cuma menutupi pahanya—tak sampai menutupi lututnya. Rambutnya warna cokelat padam, ketika berjalan, dia seperti seorang gadis kecil mungil berusia sekitar enam tahun.
(Namakamu) menatap gadis itu lalu kedirinya. Seragam mereka malam ini sama, tapi bedanya kardigan gadis itu ada penutup kepalanya.
Dan dia cantik, gue ni apalah.....
Tapi dia siapa ya?
Mungkin tamu tetangga.
Eh, kok dia masuk ke halaman rumah Aldi.
Apa ini cewek yang naksir Aldi?
(Namakamu) mengerling ke arah Aldi yang sekarang udah berdiri.
Gak mungkin, cewek itu terlalu cakep kalo suka sama Aldi.
”Lo Aldi?”
Ebuset, kok dia kenal sama Aldi. (Namakamu) yang masih di atas pohon nyaris terjerembab ke belakang begitu melihat gadis itu ngulurin tangan.
”Jessica. Temennya Iqbaal.”
Temennya Iqbaal? Iqbaalnya mana? (Namakamu) celingak-celinguk nyari sosok Iqbaal di sekitar mobil itu. Dan gak lama, sosok Iqbaal keluar dari dalam mobil sambil membawa beberapa plastik.
Isinya apaan?
Dan, eh malam ini kok Iqbaal ganteng ya? (Namakamu) nyengir.
Pemuda itu padahal cuma pake jamper abu-abu sama celana jeans senada, dan sepatu converse. Cuma itu, tapi kok kesannya Iqbaal kayak model yang lagi jalan di panggung catwalk?
”(Namakamu)! Turun! Ngapain lo di atas sono kayak satpam ngeronda!” Suara teriakan Aldi menembus gendang telinga (namakamu). Dan tentu saja itu membuat (namakamu) tersadar dari lamunannya.
(Namakamu) nyengir, lalu dia menggenggam batang yang kokoh untuk membawanya turun ke bawa. Pohonnya jadi gak terlalu tinggi karena kursi yang ada di bawa pohon. Kemudian (namakamu) lompat dari atas kursi ke permukaan.
”Dan lo pasti (namakamu), kan?”
(Namakamu) bingung, wajahnya keliatan aneh, pasalnya ini cewek tau darimana namanya? Oh! Pasti dari Iqbaal. (Namakamu) buru-buru sadar dari ketololannya lalu menyambut uluran tangan gadis itu.
”Jessica. Temennya Iqbaal.”
”Iya.” Suara (namakamu) kaku.
Suara berisik yang di hasilkan plastik bawaan Iqbaal membuat (namakamu), Aldi dan gadis bernama Jessica itu menoleh kebelakang.
Saat Iqbaal sudah dekat dengan ketiga manusia itu, tiba-tiba aja Aldi berjalan mendekat ke arahnya dan membisikan sesuatu.
”Dia pacar lo?” Bisik Aldi pelan.
Iqbaal menggeleng.
”Bagus, deh, kalo beneran iya itu bakalan ngebuat (namakamu) patah hati.” Bisik Aldi lagi, yang kali ini sambil terkekeh.
Iqbaal ikut terkekeh tapi entah kenapa ada kesenangan tersendiri yang dia rasakan saat Aldi mengatakan gurauan itu.
”Kalian lagi ngomongi apa sih?” Suaranya kecil, kedengaran imut banget, dan mungkin kalo teriak bakalan kayak anak kecil yang lagi nangis. Dan Aldi langsung yakin kalo suara itu bukan punya (namakamu).
”Mereka bukan ngomong, tapi lagi gosip. Bapak-bapak komplek.” Gerutu (namakamu) sambil menatap tajam Aldi.
Jessica memandang Aldi dan (namakamu) secara bergantian. Mereka sahabatan? Sejak kecil? Beneran? Mungkin itulah gambaran wajah Jessica saat memandang Aldi dan (namakamu).
”Ini gue bawa makanan buat kalian.” Kata Iqbaal sembari menyerahkan satu kantung plastik besar ke Aldi.
”Wih, padahal tadi gue udah dapet makanan. Eh, btw thanks ya makanan yang tadi dan yang ini.” Aldi nyengir, dia jadi malu sama Iqbaal karena kerajinan bawa makanan. Padahal mereka kan berteman baru....dua hari setengah?
”Kalian lagi ngapaian?” Tanya Iqbaal pada (namakamu). ”Hmm, lo keren pake baju itu.” Iqbaal mengomentari pakaian (namakamu) yang entah kenapa malah terkesan wah malam ini.
”Biasa aja.” (Namakamu) tersipu malu, dia gak sadar kalau Aldi pengen muntah liat (namakamu) tersipu.
”Iqbaal! Sini deh.” Suara Jessica terdengar memanggil Iqbaal. Gak ada sadar kalau Jessica udah berdiri di dekat pohon rindang di depan kamar Aldi.
Iqbaal berjalan menghampiri Jessica, sementara Aldi dan (namakamu) cuma diam tapi memperhatikan keduanya.
”Liat deh pohonnya. Cantik banget,” Sikap dan cara menganggumi Jessica terlihat seperti anak kecil. ”Dan kayaknya yang buat ini (namakamu) sama Aldi, mereka pinter ya?”
Iqbaal mengangguk dan tersenyum menatap gadis di sebelahnya, berselang satu detik Jessica merangkulnya agak berjinjit.
”Tadi aku liat (namakamu) duduk disitu, dan kayaknya asik banget. Kamu bisa gak bawa aku kesitu?” Jessica menunjuk batang pohon yang sempat di duduki oleh (namakakmu), sambil menatap Iqbaal dia mengeskpresi wajahnya semanis mungkin. ”Ya?”
”Nanti kamu jatuh.” Kata Iqbaal seraya menggeleng.
Jess memprout bibirnya. ”Gak bakal.”
”Nanti kamu jatuh.” Iqbaal tetap bersikeukuh dengan pendiriannya. Jessica ini gadis manja yang tak pernah melakukan hal ekstrem seperti (namakamu). Teringat (namakamu), Iqbaal menoleh kebelakang, (namakamu) dan Aldi sedang memperhatikan dirinya dan Jessica.
Why?
”Iqbaal...ayo dong, 15 menit aja.” Tak mau mengalah Jessica kembali merayu Iqbaal, tapi Iqbaal tetap menggeleng.
”Sepeluh menit.”
Iqbaal menggeleng.
”Delapan menit.” Tawar Jessica lagi.
”Lima menit.” Iqbaal tak kunjung luluh.
”Dua menit.” Pasrah, Jessica menunduk, dan detik itu juga Iqbaal mengangguk.
Seakan tak sabar, Jessica langsung menarik tangan Iqbaal dan membawanya ke pohon yang sudah di hiasi oleh banyak lilin.
”Pelan-pelan,” kata Iqbaal saat Jessica naik ke kursi.
Sementara Iqbaal berusaha membantu Jessica naik ke atas pohon. Dua manusia di belakang sana tak melepaskan tatapan mereka dari dua orang itu(?) (Namakamu) dan Aldi tak tahu siapa Jessica, Iqbaal belum menjelaskan siapa gadis itu. Mungkin gadis itu adalah teman masa kecil Iqbaal, itu bisa terlihat dengan sikap Jessica yang manja pada Iqbaal. Tapi, kayaknya sikap Jessica ke Iqbaal lebih mirip kayak pacar, tapikan Iqbaal udah bilang kalo Jessica bukan pacar dia, dan tapi Iqbaal cuma bilang ke Aldi, (namakamu) belum tau...
Dia pacarnya Iqbaal? Tanya (namakamu) dalam hati.
Berarti yang kemarin itu cuma seorang teman yang ingin membahagiakan temannya ya?
Kok gue baper banget? :"
”Woy, bengong aja lu!” Aldi tiba-tiba menganggetkan (namakamu).
(Namakamu) tak berteriak, tak kaget, tak marah-marah seperti biasanya, gadis itu diam bak patung. Whatz wrong?
”Kepala gue tiba-tiba aja pusing, Al, gue ke rumah bentar ya...” Tanpa menunggu jawaban dari Aldi, (namakamu) segera melangkah pergi.
Iqbaal baik sama siapa aja.
Dia baik sama semua orang.
Bukan ke gue doang.
Dia emang baik..
Dan bodohnya gue pikir dia cuma baik sama gue, dengan bodohnya lagi gue mikir kalo dia suka sama gue?
Gue ini bodoh tapi sok mikir, jadinya gini...


Bersambung...


Karya : @Aryaandaa (Muhammad Aryanda)
Instagram : Aryaandaa
Follow juga Twitterku @_BayuPrasetya
Instagrram _BayuPrasetya
Jangan lupa klik Share/Bagikan
Like juga FanPagenya di https://m.facebook.com/OfficialAryanda?refid=52&_ft_=qid.6089321748666344496%3Amf_story_key.-4267874796962675010&__tn__=C

No comments:

Post a Comment

Situs terkait