Untuk Yang Kurang Mampu atau Kaya yang Pura-Pura Tak Mampu?

Kalian pernah mendengar kisah ini? Ahhh rasanya tak heran lagi, disekitar kita sering kita jumpai.
Rupanya banyak kesempatan yang diincar hanya untuk mendapat “sedikit tambahan uang shopping” dengan merampas hak-hak orang lain di luar sana. Ketika 3 bulan sekali atau sebulan sekali aku tak tahu persisnya kapan “tambahan uang shopping” yang diidam-idamkan turun kemudian beralih ke dalam tabungan pribadi.
Aku tak menyalahkan siapapun, itu uang yang mereka miliki jadi terserah mau digunakan untuk apa saja. Makan di McD, KFC, shopping di mall, beli sepatu baru, baju baru, hura-hura. Bahkan kami saja jarang menjulurkan lidah di tempat-tempat sekelas McD, kami “nerima” makan di pinggiran jalan. Mentok-mentok di warung yang sedikit wahh dengan harga terjangkau tentunya, bahkan baju dan sepatu hanya itu-itu saja. Tak hanya satu atau 2 bulan, namun dari semester awal hingga baju itu memang tak ‘muat’ lagi baru diganti dengan baju yang baru. Baju dan sepatu juga hanya beli di pasar-pasar dengan harga yang murah dan tentu jauh dari kata “kekinian”. Sneaker, baju-baju distro, gincu yang mahal, jauh dari itu. Menurutku sendiri yang penting nyaman, entah beli dipinggir jalan tak jadi msalah. Mau baju dan sepatunya itu-itu aja gak masalah. Bilang aja “sepatu dan baju kesayangan”.
Sepatu usang dan baju lusuh itu-itu aja juga menjadi bukti perjuangan langkah demi langkah yang ditapaki untuk mencari ilmu. Tapi malah yang katanya “kurang mampu” tengah asyik dengan mobil ber-AC, motor keluaran terbaru. Mungkin hanya prasangka buruk saja, mungkin saja baru ketiban rezeki nomplok sehingga bisa mengendarai mobil milik sendiri. Positif thinking aja.
Sekali lagi itu uang kalian, kalian mau karaoke tiap hari, beli baju dan sepatu tiap ‘gajian’ biar gak ketinggalan mode alias trendy, ke salon, pergi cari ilmu naik mobil, makan di McD. Itu hak kalian, tapi setidaknya gunakan otak kalian untuk berpikir dan gunakan mata kalian untuk melihat masih banyak kawan-kawan kita yang benar-benar kurang mampu namun kalian rebut haknya. Mereka benar-benar berjuang demi bisa berangkat mencari ilmu dengan jerih payah mereka.
Kondisi ekonomi yang benar-benar masuk dalam kategori ‘kurang mampu’ kalah dengan selembar kertas bertuliskan “Surat Keterangan Tidak Mampu” dari mereka si Kaya yang pura-pura tidak mampu. Kadang aku miris aja, mereka terlalu hedon. Aku udah liat beberapa kawan-kawanku yang benar-benar membutuhkan namun tak mendapatkan haknya karena kalian rebut. Itu membuatku semakin bersyukur. Ternyata aku lebih beruntung disbanding mereka.  Tetap semangat kawanku dalam menimba ilmu, jujur Insya Allah akan membawa kemujuran.
Ini cerita karena aku kasian dengan nasib teman-temanku yang benar-benar berhak namun dirampas haknya. Semoga bisa menjadi koreksi untuk kita semua.