Tuesday, April 7, 2015

Cerbung Desire And Hope - Part 9

`Desire and Hope`

___Part 9___

Muhammad Aryanda

O-o-o-o-O

Kayaknya kedua manusia ini udah sama-sama emosi, jadi mereka gak bakal senang kalau gak saling hadap dan tatap-tatapan. You-Know-Lah mereka kalau udah tatap-tatapan itu serasa ada leser hijau dan merah yang saling beradu.


”Gue gak bilang lo jadi pacar gue!”
”Tapi tadi di kalimat lo, lo bilang 'gue ogah jadi pacar lo' dan itu seakan-akan gue itu mau jadi pacar lo, gitu? Mimpi!”
”Idih, sok kegantengan banget lo, muka kayak sendal jepit aja belagu!”
”Muka lo kayak aspal!”
”Muka lo kayak racikan bakwan!”
”Badan lo kayak kulit durian!”
”Badan lo kayak tong sampah sekolah!”
”Ma, Pa, udah dong, ya, adek udah kepanasan nih.” Suara Iqbaal membuat Aldi dan (namakamu) menoleh ke empunya suara. Yang membuat (namakamu) dan Aldi ingin tertawa adalah bagaimana cara Iqbaal memanyunkan bibir, tapi mereka terlalu gengsi, please, Baal, ini lagi berantem.
”Diem!” Secara serempak (namakamu) dan Aldi meneriaki Iqbaal.
Iqbaal membisu, dan menunduk lesuh.
Mereka berdua kalau lagi berantem memang nyeremin.
*
”Nah, gitu dong, (namakamu)—agakkuat dikit tekennya—aduh! Aduh! Pelan-pelan! Gue bilang agak kuat bukan yang kuat!—”
Suara teriakan itu terdengar sangat menyakitkan telinga di siang ini. Suasana yang sangat sarat akan suara-suara manusia membuat suara Aldi menjadi yang paling dominan.
Dibawah pohon rindang, tepatnya di sebuah kursi yang memang hampir setiap hari menjadi tempat nongkrong (namakamu) dan Aldi suara itu berasal.
Aldi duduk sambil menyilakan kakinya, sedangkan (namakamu) duduk di belakang Aldi, dan tangannya berada di punggung pemuda itu. Dari air wajah (namakamu) yang kesal dan air wajah Aldi yang puas itu kentara sekali kalau Aldi kembali memanfaatkan (namakamu) karena menjadi kacungnya. (Namakamu) sudah hampir sekitar setengah jam mengurut punggung Aldi.
”Al, udah dong, gue capek, nih.” (Namakamu) menghentikan aktivitas mengurutnya, dia berharap Aldi akan berbaik hati sedikit kepadanya.
”Masih pegel, (namakamu), bentar lagi-bentar lagi.” Aldi menggeleng tak menyetujui permintaan (namakamu).
Menghela napas, (namakamu) pun kembali meletakan tangannya kepunggung Aldi lalu mengurutnya lagi.
(Namakamu) merasa sangat menyesal kalau mengingat hari itu. Dia merasa menyesal karena tak habis pikir dengan dirinya sendiri yang membuat taruhan tolol itu. Astaga, sebenarnya apa yang (namakamu) pikirkan kala itu? Satu jawaban melintas di pikirannya, membuat (namakamu) menggeleng.
(Namakamu) pikir kala itu, yang menang adalah Iqbaal. Dan hal yang sangat tak terduga terjadi. Iqbaal dengan badan yang jauh lebih ideal dari Aldi mengatakan kalau pemuda itu tidak bisa memanjat pohon yang tidak ada cabangnya. Harapan (namakamu) semakin pupus saat dia memberi soal kepada dua pemuda itu dan yang menang adalah Aldi. Jawaban Aldi benar sementara Iqbaal hampir benar. (Namakamu) tidak tahu apa yang terjadi dengan Aldi hingga pemuda itu bisa menjawab soal ulangan kemarin, padahalkan...You-Know-Lah.
(Namakamu) semakin geram pada dirinya sendiri kalau mengingat hari minggu itu. Dan sekarang, di sisa-sisa masa kacungnya dengan Aldi hanya membuat (namakamu) berdoa kalau sebuah keajaiban datang. Entah itu Aldi yang tiba-tiba insyaf atau apalah.
Suara mesin motor memecahkan lamunan (namakamu). Aldi kayaknya tak terlalu memikirkan suara mesin motor itu, dia hanya menoleh sekilas ke sumber suara lalu kembali menikmati pijatan (namakamu).
Ninja hitam itu terpakir di halaman rumah Aldi, setelah itu, yang empunya segera berjalan menghampiri (namakamu) dan Aldi.
”(Namakamu), kok lo belum siap-siap? Bukannya kita mau pergi ke rumah Bu Ratna untuk nganter buku-buku yang ada sama lo?” Tanya Iqbaal yang membuat (namakamu) shock.
Aldi yang lagi menikmati pijatan (namakamu) lantas kesal mendengar pemberitahuan dari Iqbaal.
”Emangnya kalian berdua di suruh apaan sama Bu Ratna?” Tanya Aldi seraya memandang Iqbaal dan (namakamu) secara bergantian.
”Hm, anu..”
”Tadi Bu Ratna nitip buku anak kelas satu sama (namakamu), dan dia bilang suruh anter ke rumah dia. Dan (namakamu) ngajak gue.” Iqbaal menyela kalimat tak jelas yang akan terlontar dari mulut (namakamu).
(Namakamu) masih kaget dengan apapun yang di bicarakan Iqbaal.
Bu Ratna?
Buku Kelas satu?
Wae?
Iqbaal yang sedaritadi menangkap kebingungan dari wajah (namakamu)pun segera memberi kode dengan mengedipkan sebelah matanya, tentunya saat Aldi sedang tidak fokus pada dirinya.
”Oh!” (Namakamu) nepuk jidatnya, kayaknya dia mulai ngeh dengan Iqbaal. ”Gue sampe lupa, yaudah gue siap-siap dulu, ya, lo tunggu bentar.”
(Namakamu) langsung beranjak dari kursi dan berjalan setengah berlari ke rumahnya. Aldi yang memang sedang menikmati masa-masa bosnya pun lumayan kesal dengan pemberitahuan ini.
”Bu Ratna manja banget.” Kata Aldi lebih pada dirinya sendiri.
Iqbaal hanya tersenyum samar menanggapi ucapan Aldi.
Berselang lima menit, sosok (namakamu) sudah kembali terlihat. Gadis itu seperti tadi, berjalan setengah berlari, hanya saja kali ini dia membawa tas, tentunya (namakamu) tidak bodoh untuk tidak membawa apa yang sudah di rencana kan oleh Iqbaal.
”Kalo udah selesai, pulang terus! Jangan lama-lama!” Aldi berjalan menghampiri (namakamu) yang mau naik ke motor Iqbaal.
”Iya.” Balas (namakamu) malas.
Suara mesin motor Iqbaal meraung. (Namakamu) sudah duduk di belakang Iqbaal, dan dengan songongnya dia tak ingin melihat ke arah Aldi.
”Kita pergi dulu ya.” Ucap Iqbaal pada Aldi sebelum menghambur pergi. Aldi hanya tersenyum kecut.
*
Sudah hampir setengah jam (namakamu) dan Iqbaal duduk di atas motor. (Namakamu) gak tau apakah Iqbaal emang bener-bener mau bawa dia ke rumah Bu Ratna atau engga, tapi kok dari tadi gak berhenti-henti ya? (Namakamu) mau nanya tapi dia takut malah ganggu konsentrasi Iqbaal yang lagi nyetir, jadinya ya gini, dia diem aja kayak patung yang bernyawa.
Kawasan ramai kendaraan mulai surut saat motor Iqbaal berbelok ke sebuah jalanan kecil yang menanjak. Jalanan berbatu kecil-kecil itu membuat (namakamu) jadi gak betah lama-lama duduk di motor. Tapi cuma berselang beberapa menit, jalanan udah kembali mulus meskipun tidak beraspal.
Selain jalanan yang menanjak, jalanan ini juga di kelilingi banyak pohon. (Namakamu) gak tau pohon apa yang jelas pohon itu membuat udara di sekitar sini jadi lebih segar.
Waktu motor Iqbaal berhenti, (namakamu) langsung lompat karena saking gak nyamanya berada lama-lama di atas motor.
”Pantat gue...” Gumam (namakamu), sebenernya dia agak jaim juga ngomong kayak gini kalau ada Iqbaal. Secara kan (namakamu) itu cewek jadi-jadian, kalau deket cowok ganteng baru deh dia feminim.
(Namakamu) gak tau, apakah Iqbaal mendengar ucapannya atau engga. Laki-laki langsung di sibuki dengan ponselnya begitu dia turun dari motor.
”Baal,” panggil (namakamu) begitu Iqbaal selesai sama ponselnya. ”Ini maksud lo rumah Bu Ratna?”
Iqbaal tersenyum lebar. ”Nanti lo juga bakalan tau.”
Mengangguk-ngangguk, (namakamu) cuma bisa ngikutin kemana Iqbaal akan membawannya. Lagian ya, Iqbaal itu kan temennya jadi (namakamu) gak perlu khawatir kalau Iqbaal membawanya kemanapun. (Namakamu) percaya sama Iqbaal. Ciee percaya.
Setelah itu, (namakamu) melihat Iqbaal memasukan ponselnya ke dalam bagasi motor. (Namakamu) gak tau apa maksud Iqbaal, yang jelas, setelah itu, Iqbaal narik tangan (namakamu) dan membawanya ke jalan setapak yang menanjak.
”Motor lo gimana?”
”Gak pa-pa.”
”Serius, gak pa-pa?”
”Iya, gak pa-pa. Bawel banget sih, (namakamu).” Karena gemas dengan (namakamu) yang tak kunjung percaya, Iqbaal menarik pipi gadis itu.
(Namakamu) meringis sambil mengusap pipinya. Kalau misalkan dia banyak tanya dan hasilnya malah kayak gini, mendingan (namakamu) diem aja deh.
*
Waktu pertama kali menginjakan kaki di atas bukit ini, hal yang pertama kali (namakamu) rasakan adalah terpaan angin yang sangat menyegarkan wajahnya. Di atas ini dingin, bisa melihat pemandangan di bawah sana yang kebanyakan adalah rumah warga sekitar sini dan itu semua bakalan buat (namakamu) betah kalau lama-lama disini. Datarannya yang berumput dan bersih jadi nilai plus sendiri untuk tempat ini. Ada satu pohon lumayan besar, yang tumbuh di atas bukit ini. Sekitar empat kursi ada di tempat ini, hanya saja, tempat ini tidak begitu luas, tapi kalau orangnya cuma Iqbaal dan (namakamu) mungkin cukup.
”Kayak tempat wisata gini,” kata (namakamu) saat dia udah sampai di tengah-tengah bukit. Senyum lebar belum beranjak dari wajahnya.
”Sebentar lagi mungkin bakalan rame orang. Jadi lo nikmati aja sesuka lo sebelum orang-orang bakalan mengusik ke tenangan lo di tempat ini.”
Setelah itu, (namakamu) melihat Iqbaal berjalan ke pohon besar itu, dan gak lama kemudian Iqbaal merebahkan tubuhnya di bawa pohon. Melihat itu membuat (namakamu) ingin juga melakukan yang sama, tapi sebelum dia melakukan apa yang di lakukan oleh Iqbaal, (namakamu) mau lihat-lihat di sekitar sini dulu.
Hal yang pertama kali (namakamu) lakukan adalah berteriak sekuat mungkin. Kapan lagi dia bisa teriak sekenceng ini kalau bukan sekarang?
”ALDI RESEK!!! SIPIT!! JELEK!!! BUNCIT!!”
Baru kali ini (namakamu) mengejek Aldi tanpa mendapatkan jitakan atau apapun itu yang membahayakan dirinya. (Namakamu) merasa lumayan puas setelah berteriak seperti itu.
(Namakamu) melanjutkan teriakannya, tapi dengan kalimat yang lain.
”(NAMAKAMU) CANTIK!! MIRIP ARIANA GRANDE!! PACARNYA TAECYEON!! SELINGKUHANNYA LEE MIN HO!! MANTANNYA JUSTIN TIMBERLAKE!!!”
(Namakamu) seperti kehabisan napas sesudah itu, tapi tetap aja, ada kesenangan tersendiri setelah melakukan itu. (Namakamu) menyebutnya sebagai HOLLER EFFECT!
”SELAIN CANTIK! (NAMAKAMU) JUGA IMOETZ! OENYOE! KIYUT! AAAAAAAAA!!!! GUE CANTIK!!!”
(Namakamu) terbatuk. ”Buset dah, kayaknya alam gak terima banget dah kalo gue itu emang cantik! Ugh!” Menghentakan kakinya, (namakamu) berjalan ke arah timur.
Sebuah ide gila langsung muncul ketika mata (namakamu) mendapati beberapa batu kecil. Kalau dia lempar sekuat tenaga ke arah rumah warga, mungkin gak ya bakalan kena salah satu orang atau genteng rumah? (Namakamu) terkekeh sendiri memikirkan itu. Karena penasaran jadinya (namakamu) membungkuk untuk mengambil satu batu dan segera menghempaskannya ke sekitaran rumah warga.
Gak ada hasil apa-apa.
Ya kali, kalau pun kena emang suaranya orang atau genteng bakalan kedengaran sampai kemari?
(Namakamu) teringat sesuatu kalau dia membawa tas. (Namakamu) segera ambil buku di dalam tas tersebut lalu membentuk beberapa lembaran kertas menjadi pesawat. (Namakamu) gak terlalu pinter sih, yang pinter kayak gini itu sih Sipit. Kalau pesawat hasil buatan (namakamu) sih selalu buruk terbangnya.
Gak ada salahnya mencoba.
Sebelum membentuk lembaran kertas itu, (namakamu) terlebih dahulu menulis beberapa kata, seperti;
'Ini surat dari malaikat jibril, kamu dalam bahaya!'
'(Namakamu) adalah gadis tercantik sedunia setelah Taeyeon, Ariana Grande, Yoona, Victoria Beckham dan lain-lain.'
'Alvaro Maldini adalah penampakan sesungguhnya, kalo jumpa orang dengan nama seperti itu tolong lapor dukun setempat.'
'Cewek yang paling ngeselin adalah Jessica!'
Sebelum menulis sesuatu di pesawat terakhirnya, (namakamu) menoleh ke belakang, tepat dimana Iqbaal berbaring. Laki-laki itu masih di posisi semula dengan mata yang masih terpejam, seakan benar-benar menikmati tempat ini.
'Iqbaal ganteng, baik, senyumnya manis buangetz, ramah sama gue gak kayak Aldi. Iqbaal...ckckckck.'
(Namakamu) terkikik saat selesai menulis di lembaran terakhir. Setelah itu dia mulai membentuk pesawat-pesawatitu dan menerbangkannyasatu persatu. Hasilnya tidak terlalu jelek, malah, menurut (namakamu) ini adalah pesawat-pesawatpertamanya yang terbang dengan baik. Apa mungkin karena tempatnya yang tinggi?
*

Iqbaal terkesiap saat merasakan sesuatu berada di dekatnya, saat dia membuka matanya, yang dia lihat ternyata hanya (namakamu) yang mencoba berbaring seperti dirinya.
”Baal, emangnya lo gak bosen apa tidur kayak gini dari tadi?” Tanya (namakamu) tanpa menatap Iqbaal. Wajah gadis itu menengadah ke atas langit, melihat sederet kapas yang berterbangan, lalu dia tersenyum.
”Engga.”
(Namakamu) tidak berusaha membuat percakapan di antara mereka. Gadis itu sekarang di sibuki dengan awan-awan yang bergerak di langit sana, sesekali tangannya terangkat untuk mengikuti kemana awan itu bergerak atau kadang-kadang dia mencoba mengembus awan itu dengan napasnya, dan berharap awan itu berhenti.
”Menurut lo Jessica orangnya gimana?” Sebuah pertanyaan yang keluar dari mulut Iqbaal membuat (namakamu) mengalihkan pandangannya dari langit.
”Kok?”
”Gue cuma nanya aja.” Kata Iqbaal santai. Laki-laki itu ternyata juga sedang memandang ke langit sana, tapi waktu (namakamu) membalas kalimatnya dia menoleh ke gadis itu.
”Gue sih gak tau, karena gue cuma baru beberapa kali aja ketemu sama dia. Hmm, kayaknya dia orangnya nyebelin deh.” (Namakamu) nyengir ke arah Iqbaal.
”Nyebelin Jessica atau Aldi?”
”Aldi still number one.” (Namakamu) beranjak dari posisi berbaringnya, kali ini gadis itu duduk sambil menyila kan kakinya.
Iqbaal juga mengubah posisinya, laki-laki itu sekarang sudah duduk sambil menyenderkan punggungnya ke pohon di dekatnya.
”Gue baru pertama kali ketemu sama orang kayak lo, (namakamu). Gak tau kenapa gue kayak terhibur sendiri ngeliat tingkah lo yang aneh itu. Kebanyakan cewek-cewek yang gue temui selalu menjaga sikap mereka, yah, walaupun itu bagus, tapi sama aja itu ngebuat gue kayak gak nyaman sama kepura-puraan mereka,”
Pandangan (namakamu) kosong kedepan. Gimana ceritanya Iqbaal bisa bicara kayak gitu, dan maksudnya apa coba? Kalau cuma mau basa-basi gak gitu juga kali. Terus kalau (namakamu) ge-er gimana? Bisa mampus dia.
Menghela napas, (namakamu) mencoba untuk menenangkan dirinya.
”Menurut lo ada yang salah sama gue?”
”Salah? Gak ada sih, gue juga pernah ngerasain kayak gitu sama Aldi. Kebanyakan cowok selalu tampil keren di depan banyak cewek, beda sama Aldi yang menurut gue tampil apa adanya.” Jelas (namakamu), dia membenarkan rambutnya yang tertiup angin.
Ada yang aneh terjadi pada diri Iqbaal saat (namakamu) memaparkan kalimatnya. Kenapa (namakamu) selalu saja menyelipkan Nama Aldi di setiap alasan, perbedaan, keunggulan dan hal lainnya. Iqbaal mengenal dirinya dengan baik, jadi dia tahu apa yang terjadi pada dirinya.
”Keadaan Jessica gimana?” Tanya (namakamu) sebelum keheningan menyapu di antara mereka.
Iqbaal yang sepertinya sedang melamun agak sedikit lama menjawab. ”Jessica baik-baik aja. Gue kuatir sama dia kalo keadaan kayak gini berlangsung lama.”
”Dia sendiri di rumah?”
”Ada Bi Sumi. Gue tau gak seharusnya dia gue tinggal sama Bi Sumi, tapi mau gimana lagi, dia selalu ngulah kalau ada di dekat gue.”
”Ngulah? Maksud lo?” (Namakamu) merubah posisi duduknya, kali ini dia menghadap Iqbaal.
Iqbaal menggeleng. Dia sebenarnya gak terlalu paham sama apa yang di derita Jessica. ”Jessica selalu benci dan tiba-tiba aja kasar sama gue, mau itu saat dia lagi ada masalah sama pacarnya atau dalam keadaan kayak gini. Tapi sebenernya dia butuh gue, kalo keadaanya kayak gini, biasanya Mamanya yang nyuruh gue kasih makan Jessica atau bawa dia jalan-jalan. Jessica gak pernah mau sama orang lain, gue heran, tapi meskipun dia selalu mau sama gue, cara bicara dia ke gue selalu kasar.”
”Mungkin sebenernya Jessica masih cinta sama lo terus gengsi.” Gak tau kenapa tiba-tiba aja (namakamu) berpendapat kayak gitu.
Iqbaal tersenyum hambar. ”Kalau pun memang bener, gue rasa udah gak ada gunanya lagi.”
Sebelah alis (namakamu) terangkat. ”Maksud lo? Lo udah gak cinta lagi sama Jessica?”
”Bisa di bilang kayak gitu.”
”Lo yakin?”
”Yakin.”
”Gak nyesel? Siapa tau aja Jessica bisa berubah pikiran.”
Iqbaal menggeleng.
”Mana tau aja sewaktu lo nyampe rumah, tuh anak malah minta balikan.”
”Lo kedengaran kayak dukun.”
”Ssh! Gue serius tau, gimana kalo ternyata Jessica masih cinta sama lo terus tiba-tiba aja dia minta balikan. Maksa. Dan lo gak bisa nolak. Terus beneran kalian bal...”
Wajah Iqbaal yang mendekat membuat kalimat (namakamu) terputus sebelum dia menyelesaikannya. Bibirnya seakan keluh untuk menyelesaikan. (Namakamu) tak mengerti apa yang terjadi pada dirinya, yang tiba-tiba saja mendadak kaku seperti ini. (Namakamu) tahu kalau ucapannya terdengar aneh dan itu keluar gitu aja tanpa bisa dia cegah.
”Kenapa gak di terusin?” Tanya Iqbaal masih di posisi yang sama, jarak dekat di antara mereka membuat napas Iqbaal menyelubungi kulit wajah (namakamu).
”Hm?” (Namakamu) bingung mau jawab apa. Dengan jarak sedekat ini membuat (namakamu) bisa melihat dengan jelas setiap lekukan wajah Iqbaal.
”Lo gak suka kalau gue balikkan sama Jessica?” (Namakamu) menahan napasnya saat Iqbaal menatapnya dengan sebelah alis terangkat. Menurut (namakamu) wajah Iqbaal ganteng banget.
Tidak bisa menjawab, (namakamu) hanya mengigit bibir bawahnya kuat-kuat terlebih saat Iqbaal semakin mendekatkan wajahnya. Napas laki-laki itu semakin menyebar kesetiap udara di sekitar (namakamu).
”Lo takut kehilangan gue, kan? Sih temen baru lo?” Suara Iqbaal berubah menjadi pelan dan terdengar menakutkan. Sialnya, (namakamu) yang biasanya memberontak kalau di perlakukan kurang senonoh sekarang malah hanya dia membatu.
Saat hidung keduanya saling bersentuhan, sudut-sudut bibir Iqbaal mulai terangkat dan membuahkan sebuah seringaian yang amat menawan.
'Jantung gue,' (namakamu) meremas dadanya kuat-kuat karena merasa jantungnya seperti akan mencelos keluar.
”Lo cantik, (namakamu), dan lo satu-satunya orang yang saat ini yang bisa ngebuat gue ngerasa nyaman.” Iqbaal sedikit menjenjangkan lehernya untuk menempelkan bibirnya di kening (namakamu).
Bahu (namakamu) lemas. Rasanya dia seperti akan meleleh, bukan karena kalimat Iqbaal yang mampu membuat jantung (namakamu) semakin berdebar, tapi karena kelakuan Iqbaal yang tiba-tiba saja mengecup keningnya tanpa seizinnya. (Namakamu) semakin kelimpungan menghadapi sikap Iqbaal, saat laki-laki itu meraih punggungnya dan menenggelamkan dirinya ke dalam dasar yang amat nyaman.
Bau khas maskulin Iqbaal langsung menyerang pikiran (namakamu), dan (namakamu) yakin kalau bau ini suatu saat akan dia rindukan.
”Gue berharap ini bakalan selamanya. Orang yang ngebuat gue ngerasa nyaman.”
(Namakamu) tetap diam tanpa berusaha untuk membalas pelukan Iqbaal. Sementara laki-laki itu memeluknya erat seakan seperti tak ingin kehilangan.
*
Kejadian kemarin masih seperti mimpi bagi (namakamu).
Dan sekarang adalah mimpi buruk yang terasa sangat nyata.
”BHAHAHAK!!!”
”lo tobat mendadak?”
”(Namakamu), sejak kapan lo pake jilbab!”
”Kemarin lo ala Selena Gomez sekarang Jilbab? Besok apalagi?”
”Ya ampun, ustadza (namakamu).”
”Yaelah, gimana ceritanya (namakamu) yang sok sexy ini bisa pake jilbab?”
”Diem!” (Namakamu) berteriak. ”Yaelah lo semua ribet banget sih, ginian doang juga, gue tuh orang islam jadi wajib dong pake jilbab.” (Namakamu) berusaha membela dirinya sendiri, meskipun begitu masih aja ada temen kelasnya yang menertawakannya.
”Iya deh yang udah tobat.”
”Al,” (namakamu) merengek pada Aldi yang duduk di sebelahnya. Bukannya malah merespon, laki-laki itu malah sibuk tertawa.
”(Namakamu)...hhhh..lo cantik banget kayak gitu...hhhh..kayak Mama Dedech.” Hinaan Aldi yang lempeng banget di tambah suara tawanya di sela kalimat membuat (namakamu) semakin geram dengan tingkah laki-laki itu.
Daripada gila karena tidak tahan dengan sikap Aldi and The Geng, (namakamu) lebih memilih bersinggah ke tempat Iqbaal. Lagi-lagi Iqbaal lagi nyatet.
”Baal,”
”Hm?”
”Kalau di ajak bicara itu jangan membelakangi lawan bicaranya dong.” Kesal (namakamu) karena Iqbaal masih tetap fokus pada tulisannya padahalkan (namakamu) sekarang udah duduk di sebelah Iqbaal.
Menghela napas, Iqbaal menoleh kebelakang lalu diam sejenak memperhatikan style (namakamu) hari ini. Memang sih Iqbaal udah tau tapi dia belum liat dari jarak dekat kayak gini.
”Ngeliat lo kayak gini bawaanya pengen menafkahi aja tau gak.”
(Namakamu) tersenyum kecut. ”Gue harap lo adalah satu-satunya orang di kelas ini yang gak ngebahas gue dan jilbab ini.”
Iqbaal mengacungkan jempolnya. ”Calon istri gue, jangan sedih terus ya,” dengan lagaknya Iqbaal membenarkan sedikit jilbab (namakamu) yang agak berantakan.
”Kapan cobaan ini berakhir suamiku?”
Kalimat (namakamu) langsung mengundang tawa di antara keduanya. Seketika saja ruangan penuh tawaan untuk (namakamu) ini terabaikan begitu saja.


Bersambung...


Karya : @Aryaandaa (Muhammad Aryanda)
Instagram : Aryaandaa
Follow juga Twitterku @_BayuPrasetya
Instagrram _BayuPrasetya
Jangan lupa klik Share/Bagikan
Like juga FanPagenya di https://m.facebook.com/OfficialAryanda?refid=52&_ft_=qid.6089321748666344496%3Amf_story_key.-4267874796962675010&__tn__=C

1 comment:

Situs terkait