Hallo teman-teman
Balik lagi, kali ini aku mau
nulis sedikit ilmu yang aku dapat dari Moving Class 1 Sekolah Penerus Bangsa
2016. Moving Class pertama dilaksanakan di Aula Fakultas Teknik, tanggal 25
September 2016 dari pukul 12.30-17.00 WIB.
Moving Class atau sering disebut
Mocas kali ini mengundang 2 pembicara hebat. Yaitu Ibu Mursida Rambe dan Bapak
Rosnendya Yudha Wiguna,SH. Langsung ke topic atau materi yaa
EKONOMI RAKYAT
Materi pertama disampaikan oleh
Ibu Mursida Rambe, beliau adalah salah satu pendiri Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Beringharjo. Beliau bersama dengan dua rekannya mendirikan BMT Beringharjo
sejak tahun 1994 di serambi Masjid Muttaqien Pasar Beringharjo. Dengan
bermodalkan Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) mereka mulai membangun BMT
dengan keikhlasan dan keterbatasan. Mereka sadar bahwa membangun kepercayaan
dari masyarakat dengan prinsip kejujuran dan komitmen untuk tetap bisa membantu
masyarakat kecil akan semakin meneguhkan keberadaan BMT di hati masyarakat.
Pedoman dari BMT Beringharjo adalah bukan tentang kemiskinan tetapi tentang
kepedulian.
Pada awal berdirinya BMT
Beringharjo, mereka serba terbatas dalam hal sarana dan prasarana. Untuk
keperluan administrasi kantor mereka harus meminjam mesin ketik seorang teman
kos selama 1 (satu) tahun. Tidak hanya sekedar meminjam mesin ketik, sepeda
motor juga meminjam takmir Masjid Muttaqien.
Menurut
Prof.Dr.Mubyarto, ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berasas
kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, dan menunjukkan pemihakan sungguh – sungguh
pada ekonomi rakyat. Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan juga
sebagai ekonomi jejaring ( network ) yang menghubung – hubungkan sentra –
sentra inovasi, produksi dan kemandirian usaha masyarakat ke dalam suatu
jaringan berbasis teknologi informasi, untuk terbentuknya jejaring pasar domestik diantara sentara dan
pelaku usaha masyarakat.
Ciri-ciri ekonomi rakyat adalah
1. Yang
memenuhi kebutuhan hidup masyarakat adalah Negara
2. Pemerintah dan swasta saling mendukung satu
sama lain. Tidak memihak, tidak terjadi system ekonomi liberal.
3. Ekonomi didasarkan asas-asas kekeluargaan
Tujuan dari ekonomi rakyat yaitu
1. Membangun Negara yang berdikari secara
ekonomi, berdaulat secara politik serta memiliki kepribadian yang
berkebudayaan.
2. Mendorong pemerataan pendapatan Negara
3. Dapat mendorong pertumbuhan perekonomian yang
berkesinambungan
Indonesia
kaya, namun Indonesia tidak dapat memanfaatkan kekayaan tersebut dengan baik
dan bijak. Sebagai salah satu contoh, di pangkalan Brandan terkenal sebagai
tambang minyak terbesar pada tahun 1950-an. Namun sekarang? Bagaimana nasibnya?
Hanya tersisa sumur-sumur galian yang sudah tak beroperasi lagi. Bahkan bisa dibilang tambang tersebut menjadi kawasan yang angker. Mungkin
saja akan terjadi hal yang sama dengan Freeport di papua. Tambang emas yang
sudah menghasilkan puluhan ton emas suatu saat juga akan sama seperti tambang
minyak di Pangkalan Brandan yang kini mengenaskan. Untuk itu, ayo kita sebagai
pemuda harus bisa mencegah agar hal yang sama tidak terulang.
Apalagi
jika kita bangsa Indonesia mampu mengelola Freeport sendiri, Indonesia akan
maju, tidak banyak hutang.
Menurut Mahatma Gandhi , terdapat
7 dosa sosial yaitu :
1. Kekayaan tanpa kerja
Ini
mengacu pada praktek mendapatkan sesuatu tanpa modal atau usaha, hanya
memanipulasi pasar, aset, orang dan barang, sehingga anda tidak harus bekerja
atau menghasilkan nilai tambah. Sekarang banyak profesi yang berkenaan dengan
menumpuk kekayaan tanpa bekerja, mengumpulkan banyak uang tanpa membayar pajak,
mengambil keuntungan dari dana-dana pemerintah tanpa menanggung bagian beban
keuangan yang wajar, dan menikmati semua keuntungan dari status suatu warga
negara dan keanggotaan suatu badan hukum tanpa mau memikul resiko atau tanggung
jawab apa pun. Ini semua didasarkan pada suatu rencana cepat kaya atau
spekulasi yang menjanjikan pelakunya dengan iming-iming, “Anda tidak perlu
bekerja untuk menjadi kaya.” Motif emosional yang utama adalah ketamakan.
2. Kenikmatan tanpa nurani
Kenikmatan
tanpa nurani merupakan salah satu godaan bagi para eksekutif saat kini. Banyak
orang menganggap dirinya telah sukses lalu merasa bebas untuk melakukan apa
yang diinginkannya. Mereka mencari kenikmatan. Padahal
kenikmatan tanpa suara hati hanya menimbulkan
luka dan sakit hati bagi orang-orang lain.
3. Ilmu tanpa kemanusiaan
Apabila
ilmu pengetahuan semuanya menjadi teknik dan teknologi, ilmu pengetahuan dengan
cepat akan merosot menjadi manusia melawan kemanusiaan. Teknologi berasal dari
paradigma ilmu pengetahuan. Jika hanya sedikit sekali tujuan kemanusiaan yang
ingin dicapai oleh teknologi, maka kita akan menjadi korban teknologi kita
sendiri. Bagaimana pun teknologi harus bersandar pada dinding yang benar; yaitu
kemanusiaan. Bila tidak, maka evolusi atau bahkan revolusi dalam ilmu
pengetahuan takkan atau sedikit sekali membawa pada kemajuan manusia yang nyata
dan berharga.
4. Pengetahuan tanpa karakter
Bagaimanapun
berbahayanya pengetahuan yang sempit, jauh masih lebih berbahaya pengetahuan
tanpa karakter yang kuat dan berprinsip. Perkembangan intelektual yang murni
tanpa perkembangan karakter internal yang sepada sama halnya dengan menyerahkan
mobil sport bertenaga tinggi ke tangan remaja yang kecanduan obat bius.
Sayangnya ada saja orang yang tak suka dengan pendidikan karakter, karena
mereka menganggap, “Itu adalah urusan sistem nilai anda.” Tetapi anda bisa
mendapatkan seperangkat nilai umum yang disetujui semua orang, bahwa kebaikan,
keadilan, martabat, sumbangsih, dan integritas adalah patut untuk
dipertahankan. Tak seorang pun akan menentang anda dalam hal ini.
5. Politik tanpa prinsip
Anda
lihat banyak politisi menghabiskan banyak uang untuk membangun citra, meskipun
citra itu dangkal, tiada isi, hanya untuk memperoleh suara dan jabatan. Bila
ini terjadi, maka sistem politik akan bekerja terlepas dari hukum-hukum alam.
Padahal Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat menulis, “Kami percaya
kebenaran-kebenaran ini dengan sendirinya, bahwa Manusia diciptakan stara,
bahwa mereka diberkati oleh Pencipta dengan Hak-hak tertentu yang melekat pada
diirnya, antara lain hak akan kehidupan, kemerdekaan, dan pencarian
kebahagiaan.”
6. Bisnis tanpa moralitas
Adam
Smith, dalam bukunya Moral Sentiments, menjelaskan betapa mendasarnya dasar
moral bagi keberhasilan sistem ekonomi; yaitu bagaimana kita saling
memperlakukan satu sama lain, semangat untuk berbuat baik, melayani, memberi
bantuan. Apabila kita mengabaikan dan membiarkan sistem ekonomi berjalan tanpa
dasar moral serta tanpa pendidikan berkelanjutan, kita akan segera membentuk
masyarakat dan bisnis yang tidak bermoral, kalau bukan asusila.
7. Ibadah tanpa pengorbanan
Tanpa
pengorbanan kita mungkin aktif dalam kelompok agama namun tidak hidup beriman.
Kelompok agama hanyalah tirai sosial agama belaka. Tidak ada kerja sama nyata
dengan orang-orang, atau berusaha lebih keras lagi, atau mencoba memecahkan
masalah-masalah sosial kita. Melayani kebutuhan orang lain memerlukan
pengorbanan, setidaknya pengorbanan kesombongan dan prasangka diri kita
sendiri.
Yang terakhir, Ibu Mursida menanamkan tekad keyakinan
kepada kita semua. Bahwa ekonomi syariah harus ditegakkan bersamaan dengan
ekonomi rakyat.
SAREKAT DAGANG ISLAM
Materi
kedua disampaikan oleh Bapak Rosnendya Yudha Wiguna,SH. Beliau merupakan alumni
Fakultas Hykum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang kini sedang menempeuh
program Magister di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Materi yang disampaikan
adalah tentang Sarekat Dagang Islam atau SDI.
Sarekat Dagang Islam merupakan salah
satu tonggak sejarah perkembangan agama Islam di Indonesia. Melalui Sarekat
Dagang Islam para penganut agama Islam di Indonesia mulai berani menampakkan
diri , dari sebelumnya yang selalu ditekan habis oleh pemerintah Belanda.
Berawal dari perkumpulan pedagang batik di Laweyan yang merasa tersaingi dengan
datangnya pedagang tionghoa, kemudian H. Samanhudi mendirikan SDI sebagai wadah
untuk pedagang bati di laweyan yang tujuannya dalam bidang perdagangan. Sarekat
Dagang Islam mengalami masa kejayaan ketika Tjokroaminoto bergabung menjadi
anggotanya. Kemudian pada tahun 1909 SDI berganti nama menjadi SI ( Sarekat
Islam). Sehingga seiring bergantinya nama juga berganti pun tujuannya bukan
hanya dalam hal perdagangan tetapi juga
dalam hal politik. Dari sini mulai lah SI disusupi oleh mata-mata Belanda yang
akan mengakibatkan malapetaka untuk SI.
Dibawah
kepemimpinan Tjokroaminoto, SI menjadi organisasi pergerakan pertama yang mampu
mengadakan mobilisasi massa dalam sebuah vergadering (rapat terbuka) yang
diadakan pada 26 Januari 1913 di Surabaya. Rapat terbuka tersebut dihadiri 12
afdeling (cabang) dari 15 afdeling yang ada dan berhasil menyedot atensi massa
sebanyak 80.000 orang. Pada Kongres Kedua SI yang diadakan di Yogyakarta, April
1914, merupakan momen yang sangat bersejarah bagi Tjokroaminoto, SI, dan bagi
rakyat Indonesia saat itu dimana Tjokroaminoto menjadi pemimpin tertinggi SI
menggantikan H. Samanhoedi. Pada pembukaan kongres tersebut permintaan
Samanhoedi agar tidak ada perubahan kepengurusan ditolak oleh peserta kongres.
Mereka menginginkan Samanhoedi untuk menyerahkan kepengurusan kepada generasi
muda yang lebih pandai dan memiliki kapasitas. Untuk meredakan suasana dan
memberikan apresiasi kepada Samanhoedi Hasan Djajadiningrat mengusulkan agar
Samanhoedi ditetapkan sebagai Ketua Kehormatan CSI (Central Sarekat Islam),
sebuah posisi tanpa kekuasaan.
Kepiawaian
Tjokroaminoto sebagai negosiator ulung tidak perlu diragukan lagi. Melalui
lobi-lobinya kepada pemerintah Belanda, SI berhasil memperoleh status hukum dan
mengubah afdeling-afdeling menjadi SI lokal. Selain itu, SI juga berhasil
mendapat ijin untuk membentuk kepengurusan pusat yang kemudian dinamai Central
Sarekat Islam (CSI). Sampai Kongres kedua sudah 60 afdeling yang berhasil
diubah menjadi SI lokal dan nantinya terus bertambah. Maka, amat wajar pengaruh
Tjokroaminoto semakin besar dan banyak cabang-cabang yang meliriknya untuk
menjadi suksesor Samanhoedi. Di tangan Tjokroaminoto-lah SI mengubah konsep
pergerakannya dari pergerakan di bidang ekonomi menjadi organisasi pergerakan
nasional yang berorientasi sosial politik dan kepemimpinannya beralih dari
kelompok borjuis pribumi ke kaum intelektual yang terdidik secara Barat.
Menurut
beliau, SDI lebih pantas dijadikan patokan hari kebangkitan nasional, bukan
Budi Utomo karena:
1. SDI berdiri pada tanggal 16 Oktober 1905, tiga tahun sebelum Budi
Utomo berdiri. Beberapa catatan mengungkapkan bahwa SDI terbentuk pada tahun
1909, setahun setelah Budi Utomo yang lahir pada tanggal 20 Mei 1908. Maka
seakan-akan Budi Utomo yang berdiri lebih awal daripada SDI.
2. SDI memiliki cabang di hampir seluruh
nusantara sementara Budi Utomo sangat ekslusif karena hanya mendedikasikan
untuk perjuangan masyarakat jawa.
3. Keanggotaan SI umum bagi masyarakat yang
ingin ikut bergabung dalam perjuangan melawan kolonialisme. Hal ini bertolak
belakang dengan tokoh-tokoh dan keanggotaan Budi Utomo. Tokoh-tokoh dan
keanggotaan Budi Utomo kebanyakan kaum priyayi dan terpelajar.
4. SI beranggotakan 360.000 orang pada
tahun 1916 dan berangsur-angsur naik drastic pada tahun 1919 sekitar 2.000.000
orang. Sedangkan Budi Utomo beranggotakan sekitar 10.000 orang pada tahun 1909.
Pada
mulanya Sarekat Islam adalah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H.
Samanhudi sebagai suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh
SDI adalah koperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah
panji-panji Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang
maka tidak memiliki anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu, agar memiliki
anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya maka pada tanggal 18 September
1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam). Organisasi Sarekat Islam (SI)
didirikan oleh beberapa tokoh SDI seperti H.O.S. Cokroaminoto, Abdul Muis, dan
H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat karena bermotivasi agama Islam.
Latar
belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam adalah:
a).
Perlawanan terhadap para pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina.
b).
Isyarat pada umat Islam bahwa telah tiba waktunya untuk menunjukkan
kekuatannya, dan
c).
Membuat front melawan semua penghinaan terhadap rakyat bumi putera.
Tujuan
yang ingin dicapai sesuai dengan anggaran dasarnya adalah:
a).
Mengembangkan jiwa pedagang.
b).
Memberi bantuan kepada anggotanya yang mengalami kesukaran.
c).
Memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera.
d).
Menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang agama Islam.
e).
Tidak bergerak dalam bidang politik, dan
f).
Menggalang persatuan umat Islam hingga saling tolong-menolong.
Kecepatan
tumbuhnya SI bagaikan meteor dan meluas secara horisontal. SI merupakan
organisasi massa pertama di Indonesia. Antara tahun 1917 sampai dengan 1920
sangat terasa pengaruhnya di dalam politik Indonesia. Untuk menyebarkan
propaganda perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat kabar yang bernama
Utusan Hindia.
Pada
tanggal 29 Maret 1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur
Jenderal Idenburg untuk memperjuangkan SI berbadan hukum. Jawaban dari Idenburg
pada tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S. Cokroaminoto
tidak diberi badan hukum. Ironisnya yang mendapat pengakuan pemerintah kolonial
Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang yang ada di
daerah. Ini suatu taktik pemerintah kolonial Belanda dalam memcah belah
persatuan SI.
Bayang
pemecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S. Cokroaminoto dengan
Semaun mengenai kapitalisme. Menurut Semaun yang memiliki pandangan sosialis,
bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI yang dilaksanakan
pada tahun 1921, ditetapkan adanya disiplin partai rangkap anggota. Setiap
anggota SI tidak boleh merangkap sebagai anggota lain terutama yang beraliran
komunis. Akhirnya SI pecah menjadi dua, yaitu SI Putih dan SI Merah. :
a).
SI Putih, yang tetap berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S.
Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
b).
SI Merah, yang berhaluasn sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang
berpusat di Semarang.
Dalam
kongresnya di Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam
(PSI). Kemudian pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam
Indonesia (PSSI). Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi
Sarekat Raya (SR) yang merupakan pendukung kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
Ketua
SI, Chokroaminoto mengajukan surat permohonan pada bulan September pada tahun
1912 kepada Angkatan Darat agar SI diakui kedudukannya sebagai badan hukum. SI
juga mempunyai tujuan yaitu memajukan kecerdasan dan hidup menurut agama dan
menghilangkan paham-paham keliru mengenai islam dan memajukan semangat dagang
bangsa. Pada tanggal 26 Januari 1913, diadakan kongres 1 Sarekat Islam di
Surabaya, ribuan orang dating berbondong-bondong. Ketua SI, H.Samanhudi
disambut besar-besaran di stasiun. Beliau disambut dengan korps music dan
dibopong beramai-ramai menuju mobil jemputan. Menurut laporan Asisten Residen
Kepolisian pada tanggal 12 Februari 1913, menyebutkan bahwa massa yang hadir
pada saat itu di taksir antara 8000-10.000 orang.
Kongres
tersebut dipimpin oleh chokroaminoto dan pada kongres tersebut menyatakan
tujuan SI :
1. Membangun kebangsaan
2. Mencari hak-hak kemanusiaan yang memang
sudah tercetak oleh Allah.swt
3. Menjunjung derajat yg masih rendah
4. Memperbaiki nasib yang masih jelek
dengan jalan mencari tambahan kekayaan ekonomi
Menurut
Deliar Noor, terdapat 8 program kerja SI yaitu :
1. Mengenai politik SI menuntut
didirikannya dewan-dewan daerah perluasan hak-hak volksraad dengan tujuan untuk
mentransformasikan menjadi suatu lembaga perwakilan yang sesungguhnya untuk
legislatif (demokratisasi).
2. SI juga menuntut penghapusan kerja paksa
dan sistem izin berpergian ke luar negeri.
3. Dalam bidang pendidikan SI menuntut
penghapusan peraturan diskriminatif dalam penerimaan murid di sekolah-sekolah.
4. Dalam bidang agama, SI menuntut
dihapuskannya segala peraturan dan undang-undang yang menhghambat tersiarnya
agama islam.
5. SI juga menuntut pemisahan lembaga
kekuasaan yudikatif dan eksekutif dan menganggap perlu dibangun suatu hukum
yang sama bagi menegakkan hak-hak yang sama di antara penduduk negara.
6. SI juga menuntut perbaikan di bidang
agrarian dan pertanian dengan menghapuskan Partucullare Landerjen milik tuan
tanah serta menasionalisasi industri-industri monopolistic yang menyangkut
pelayanan dan barang-barang pokok kebutuhan rakyat banyak.
7. SI menuntut adanya pajak-pajak
berdasarkan proporsional serta pajak-pajak yang dipungut terhadap laba
perkebunan.
8. SI menuntut pemerintah untuk memerangi
minuman keras dan candu, perjudian, prostitusi, melarang penggunaan tenaga
anak-anak.
Itu sedikit materi yang aku dapat dari mocas 1. Semoga bermanfaat teman-teman. sampai jumpa ditulisanku berikutnya. Terimakasih
No comments:
Post a Comment