Hallo…
Selamat
malam. Balik lagi dengan saya, kali ini saya akan menulis artikel yang berbeda
dari biasanya. Mau tahu?? Yukk simak
Kurang
lebih satu Minggu yang lalu saya mengikuti kegiatan yang bernama SPB (Sekolah
Penerus Bangsa). Lohh kan aku udah kuliah, kok sekolah lagi?
Duhh
jangan salah paham teman-teman. SPB ini merupakan sekolah yang didirikan oleh
Badan Eksekutif (BEM) Universitas Sebelas Maret Surakarta yang bertujuan untuk membentuk dan menumbuhkan
jiwa-jiwa nasionalisme serta mengasah otak kita agar menjadi mahasiswa yang
bersikap kritis serta mempunyai mental yang kuat. Sekolah yang mempunyai jargon
“Kami generasi penerus merah putih” ini diadakan setiap akhir pecan dengan
tempat yang berbeda.
Kegiatan
yang diadakan pertama kali setelah seleksi calon siswa SPB 2016 adalah Grand
Opening (GO) yang berlangsung taanggal 16-18 September 2016. Bertempat di Korem
074 Warastrama dengan dihadiri oleh 200 siswa SPB 2016.
Dalam
acara Grand Opening kita diberi materi-materi. Pada hari pertama materi yang
diberikan adalah “Konsep Diri” yang
disampaikan oleh Mas Hasan yang sekarang sedang menmpuh pendidikan S2 di UGM.
KONSEP DIRI
“Siapa
saya?” pertanyaan yang dilontarkan oleh Mas Hasan. Mahasiswapun menjawab dengan
berbagai jawaban yang berbeda “Saya adalah pemimpin, saya adalah diri saya
sendiri, saya adalah generasi penerus, saya adalah orang yang ingin sukses.” Apakah
jawaban kita salah? Tidak, selama jawaban kita masih dalam nalar maka berarti
benar.
Jika
dimasukkan ke dalam konsep, maka saya adalah :
1.
Citra tubuh
2.
Diri ideal
3.
Harga diri
4.
Peran
Maksud
dari pertanyaan Mas Hasan adalah untuk menguji menal para mahassiwa. Karena
mahsiswa harus bersikap kritis dan membuang jauh-jauh mental takut salah. Dalam benak mahasiswa pasti
masih ragu-ragu dan hanya memendam jawabannya dalam hati saat ditanya “siapa
saya?”. Betulkah?
Kemudian
untuk membentuk konsep diri agar lebih terencana dan matang maka diperlukan SWOT.
Apa itu SWOT? SWOT adalah metode perncanaan strategis untuk mengevaluasi
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Maksudnya
apa? Agar kita dapat bercermin pada diri sendiri untuk mengetahui bagaimana
kekuarangan saya, kelebihan, peluang dan ancaman saya.
1.
Strengths (Kekuatan)
Kita
harus dapat menegtahu apa yang menjadi kekuatan., kelebihan atau keunggulan
yang ada pada diri sendiri. Contohnya apabila saya memiliki hobi menulis, maka
bisa dikembangkan dan diasah lagi agar bisa menjadi penulis yang hebat.
2.
Weaknesses (Kelemahan)
Selain
harus mengathui apa kelebihan yang da pada dalam diri sendiri, kita juga perlu
mengetahui kekuarangan atau kelemahan pada diri sendiri. Hal ini dapat menjadi
kendala dalam kemajuan hidup. Kita harus dapat mencari apa kelemahan kita lalu
berusaha untuk memperbaikinya.
3.
Opportunity (Peluang)
Dalam
hidup ini bisa terjadi sangat banyak kemungkinan. Termasuk peluang, hanya
orang-orang yang pandai saja yang tidak akan menyia-nyiakan peluang yang ada di
depan mata. Karena kesempatan terkadang tak datang untuk kedua kalinya. Misal
saja BEM UNS membuka pendaftaran Sekolah Penerus Bangsa, padahal kegiatan
tersebeut memiliki banyak manfaat. Namun banyak mahasiswayang enggan untuk mendaftar dan meamnafaatkan peluang yang ada.
Jadi, carilah dan manfaatkan peluang yang ada.
4.
Threats (Ancaman)
Kita
juga harus dapat menganilisis tantangan atau ancaman yang akan dihadapi pada
hari esok. Jika tidak segera diatasi, ancaman tersebut dapat menjadi hal yang
serius dalam meraih kesuksesan.
Kemudian
buang jauh-jauh pemikiran konseptual. Berpikirlah sesuatu yang real. Coba
loihat, banyak program-program pemerintah yang tidak dilaksanakan batau tidak
berjalan. Karena apa? Karena meeka hanya berpikir konseptual saja.
Saat
melakukan tindakan harus ingat antara kepuasan diri dan masyarakat. Yang kita
kerjakan apakah hanya sebagai kepuasan diri atau untuk masyarakat.
“Organisasikan kebermanfaatan. Dokumentasikan
kebermanfaatn dan melakukan evaluasi dalam bentuk data atau tulisan”
Pertanyaan
yang disampaikan oleh mas Hasan yang berikutnya adalah “Siapa saya saat di
rumah? Siapa saya saat di sekolah? Siapa saya saat di kelas?”. Dan beberapa
pertanyaan lagi yang tidak saya tuliskan.
Sama
seperti tadi, banyak mahasiwa yang emnajawab secara bergantian “Saya saat di
rumah dalah anak dari ayah ibu saya. Saya saat di sekolah adalah orang yang
ingin belajar. Saya saat di kelas adalah kordinator tingkat." Sekali
lagi, tidak ada jawaban yang salah. Semua benar.
Maksud
dari pertanyaan Mas Hasan di atas adalah setiap manusia mempunayi iodentitasnya
masing-masing. Contoh saat di rumah identitas saya adalah anak, saat di sekolah
identitas saya adalah siswa. Setiap identitas yang melekat pada diri kita
memiliki tanggung jawab masing-masing.
Contohnya
adalah ketika di sekolah, identitas saya adalah seorang siswa. Maka siswa harus
dituntut untuk belajar, aktif di kelas, berangkat sekolah dll. Itu salah satu
contoh dari tanggung jawab identitas diri.
Tetapi
bukan berarti dalam setiap melakukan sesuatu kita harus selalu mengingat
identitas yang ada dalam diri sendiri. Itu namanya salah kaprah. Kita tidak
harus mengingatnya, tetapi kita harus sadar akan identitas diri kita.
Pahami
tugas dan kewajiban, dari sesuatu yang sadar hingga menjadi suatu kebiasaan.
Identitas apapun yang kita sandang, harus ingat kebermanfaatn. Baik bagi diri
sendiri maupun orang lain.
Materi kedua yaitu
peran mahasiswa
PERAN MAHASISWA
Kita sebagai seorang mahasiswa dituntuk untuk
berpikir kreatif, mandiri. Jika kita masih berpikir "saya hari ini mau
makan apa? Saya hari ini mau apa?" yang artinya hanya mengurusi diri
sendiri tananya kita belum mandiri.
Kita mempunyai tanggung jawab terhadap
orang-orang di sekitar kita. Coba lihat teman-teman SD, SMP, SMA kalian. Pasti
diantara mereka ada yang tidak bisa melanjutkan sekolah hingga seperti kalian
yang bisa melanjutkan sekolah sampai perguruan tinggi.
Kita juga harus bertanggung jawab atas kehidupan,
pekerjaan teman-teman kita dulu. Hal yang bisa kita lakukan adalah mencarikan
dia pekerjaan, membantu dalam pekerjaan atau sharing informasi. Bahkan kita
juga bisa mentransfer ilmu yang kita dapatkan dibangku perkuliahan kepada
mereka. karena sebenarnya pendidikan tak hanya sekedar catatan dalam selembar
kertas yang dinamakan ijazah. Tetapi masalah ilmu.
Lalu, kita jangan hanya fokus hanya pada satu
tujuan dan diri sendiri. Jangan kecilkan cita-cita. Banyak mahasiswa yang
setelah lulus suilit mencari pekerjaan, karena mereka hanya fokus pada satu
tujuan. Mereka hanya fokus pada bidang yang ditekuninya.
Dalam dunia perkuliahan, tak hanya sekedar kuliah
pulang, kuliah pulang alias kupu-kupu saja. Masih banyak yang bisa dicari dalam
dunia petkuliahan.
Jadi yang dikejar tidak hanya nilai, nilai, dan
nilai. Tetapi harus seimbang antara akademik, softskill, dan kontribusi.
Dalam organisasi atau masyarakat, apakah yang
kita lakukan ini sudah member kontribusi untuk orang lain?
Yang harus kita lakukan sebagai seorang mahaiswa
adalah
1. Agent Of Change
Mahasiswa tidak hanya menjadi penggagas perubahan, melainkan menjadi objek atau pelaku dari perubahan tersebut. Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas.
Telah banyak pembodohan dan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemimpin bangsa ini. Kita sebagai mahasiswa seharusnya berpikir untuk mengembalikan dan mengubah semua ini. Perubahan yang dimaksud tentu perubahan kearah yang positif dan tidak menghilangkan jati diri kita sebagai mahasiswa dan Bangsa Indonesia. Namun untuk mengubah sebuah negara, hal utama yang harus dirubah terlebih dahulu adalah diri sendiri.
2. Iron Stock
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock, yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus. Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
3. Social Control
Peran mahasiswa sebagai social control terjadi ketika ada hal yang tidak beres atau ganjil dalam masyrakat. Mahasiswa sudah selayaknya memberontak terhadap kebusukan-kebusukan dalam birokrasi yang selama ini dianggap lasim. Lalu jika mahasiswa acuh dan tidak peduli dengan lingkungan, maka harapan seperti apa yang pantas disematkan pada pundak mahasiswa?
Kita sebagai mahasiswa seharusnya menumbuhkan jiwa kepedulian social yang peduli terhadap masyrakat karena kita adalah bagian dari mereka. Kepedulian tersebut tidak hanya diwujudkan dengan demo atau turun kejalan saja. Melainkan dari pemikiran-pemikiran cemerlang mahasiswa, diskusi-diskusi, atau memberikan bantuan moril dan materil kepada masyarakat dan bangsa kita dengan cara memberikan sumbangsih secara nyata.
4. Moral Force
Seorang mahasiswa juga dituntut agar bisa menjadi contoh atau teladan yang baik di lingkungan. Jadi, setiap apa yang dilakukan oleh seorang mahasiswa pasti akan dilihat oleh setiap orang.
Materi ketiga dalam Grand Opening adalah kepenulisan
KEPENULISAN
Banyak dari kita yang enggan untuk membiasakan diri menulis. Padahal kebanyakan
orang dikenang karena tulisannya.
Alasan mereka yang menulis karena
1. Mengawal pikiran masyarakat
2. Membangun kesadaran nasional
3. Menentang penyimpangan dan ketidakadilan
4.
Membangun persatuan
Tulisan
yang baik yaitu
1.
Mudah dimengerti
2.
Komunikatif
3.
Sesuai konteks dan kebutuhan
4.
Memenuhi standar etika dan keadilan
Yang
menjadi modal dalam menulis adalah
1.
Mendengarkan semua hal dan menyaring dengan keasadarn akal
2.
Optimasi mekanisme pandang
-
Sudut pandang
-Cara
pandang
-
Jarak pandang
-
Resolusi pandang
3.
Kreativitas dan keberanian mengekspresikan jiwa dalam bahasa
Itulah
ringkasan materi yang saya peroleh ketika Grand Opening kemarin. Semoga
bermanfaat. Terimakasih.